Senin, 08 Juli 2013

Bersungguh-sungguh di Bulan Ramadhan

"Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala sesuai dengan keletihan dan usahamu." [HR. Al-Hakim dari 'Aisyah radhiyallohu 'anha, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani didalam Shahihul Jami']



Dimulai pada pagi hari sebelum waktu shubuh, waktu dimana biasanya kita masih tertidur lelap dibalik selimut hangat kita, kita harus bangun untuk makan sahur. Rasa malas sering menghinggapi benak kita. Namun, kita ingat akan hadits,
"Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu."

Selesai makan sahur, datanglah waktu fajar, waktu dimulainya puasa. Dengan mata yang masih mengantuk setelah makan sahur, kita tetap memantapkan hati kita untuk sholat Shubuh ke masjid karena ingat, 
"Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu."

Pulang sholat shubuh, banyak dari kita yang menarik kembali selimut hangatnya untuk tidur lagi. Namun, kita berusaha memanfaatkan bulan yang penuh barokah ini, dengan terus berdzikir mengingat Alloh dengan membaca Al-Qur'an karena ingat,
"Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu."

Jam 6 pagi, kita mulai menyiapkan segala aktifitas kita seperti biasa tapi tanpa sarapan. Lalu berangkat ke sekolah atau ke tempat kerja untuk beraktifitas seperti biasa. Sampai jam 10 pagi tubuh kita ini masih merasa kuat. Hingga datang waktu sholat dzuhur yang biasanya tubuh sudah lemas, rasa haus dan lapar melanda. Terbersit godaan untuk makan karena melihat orang yang makan di warung-warung makan tanpa merasa canggung (entah muslim atau bukan). Namun sekali lagi, walau tubuh terasa lemas dan lapar dan godaan melanda, kita terus belajar sebuah nilai bahwa,
"Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu."

Selesai beraktifitas, hanya menunggu waktu berbuka. Tanpa melakukan aktifitas apapun membuat waktu menjadi terasa sangat lambat. Aneh ya? Bukankah ketika Ramadhan sangat banyak majelis pengajian diselenggarakan? Kenapa kita malas datang dan lebih memilih tidur-tiduran sampai bosan dikamar? Jika kita datang ke pengajian di masjid, selain mendapat ilmu dan pahala, waktu juga terasa cepat berlalu.

Lalu tibalah saat yang ditunggu-tunggu, waktunya berbuka puasa. Rasanya ingin melahap semua makanan saat itu juga. Walau hanya segelas teh hangat dan kurma, namun rasanya benar-benar nikmat. InsyaAlloh kenikmatan ini akan kita rasakan setiap malam selama Ramadhan. Walau balasan dari kesungguhan puasa yang hakiki akan kita dapatkan di akhirat kelak, namun kenikmatan berbuka puasa rasanya sudah sangat setimpal dengan perjuangan kita menahan hawa nafsu seharian penuh.

Namun, walau puasa hari itu sudah berakhir, masih ada amalan Ramadhan lain yang siap menunggu untuk dilaksanakan. Kita dianjurkan untuk sholat tarawih. Pada bulan inilah, semua kaum muslimin bersemangat dalam beribadah. Terlihat bahwa masjid-masjid selalu dipenuhi oleh kaum muslimin selama malam-malam Ramadhan. Mereka khusyuk dalam melakukan sholat, mengharapkan pahala dan ampunan dari Alloh pada bulan yang diberkahi ini.

Lalu untuk apa kita semua melakukan hal tersebut? Untuk apa kita bersusah payah berpuasa dan beribadah selama Ramadhan? Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman,
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa." [QS. Al-Baqarah ; 183]

Kita berpuasa agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa. Kita meninggalkan makan minum dan pembatal puasa lainnya dalam rangka mendekatkan diri kepada Alloh dan mengharap pahala-Nya.

Puasa juga mengajarkan kita untuk peka terhadap orang lain. Kita sering mendengar banyak kaum muslimin di negeri ini yang hidup sedemikian miskinnya hingga meninggal karena kelaparan. Kita juga telah melihat dan mendengar dari berbagai macam media, berapa banyak kaum muslimin yang mati karena kelaparan di Sudan, Ethiopia, dan di negeri-negeri lain yang jumlahnya terus bertambah karena berkecamuknya peperangan di negeri mereka. Mereka berpuasa karena mereka tidak memiliki pilihan, tidak memiliki sesuatu untuk dimakan dan diminum. Dan mereka tidak tahu sampai kapan mereka akan menahan rasa lapar dan haus. Sementara ketika kita berpuasa, kita tahu kapan kita akan mengakhirinya.

Subhanalloh...., begitu besarnya barokah di bulan Ramadhan. Ada banyak nikmat kebahagiaan yang kita rasakan didalamnya. Kita merasa "lebih religius" ketika di tengah aktifitas dunia yang menyibukkan, kita tetap mengikhlaskan diri kita berpuasa demi Alloh. Kita juga merasa bahagia, ketika melihat teman dan saudara kita, yang biasa hidup seenaknya sendiri, sering merokok dan mabuk-mabukan, di bulan ini mereka mampu melewati seharian tanpa satu batang rokok pun, bahkan menjadi sering sholat di masjid. Dan kita merasa bahagia ketika teman dan saudara kita yang biasa mengucapkan kata-kata yang kotor dan tidak senonoh, di bulan ini ia menjaga lisannya dengan baik bahkan sering mengucapkan dzikrullah dan membaca Al-Qur'an.

Dengan tidak sebandingnya usaha yang kita lakukan dibanding rahmat, ampunan, dan kenikmatan yang sangat besar yang Alloh berikan di bulan Ramadhan, masihkah kita berpikir bahwa Ramadhan adalah bulan yang memberatkan?
"Sesungguhnya pahalamu tergantung pada usahamu."


sumber : majalah Tashfiyah ed.06/1432/2011