Wabah ganas yang menjangkiti adalah sikap meremehkan nikmat Allah. Padahal, tidaklah hamba melainkan dalam liputan nikmat-Nya. Setelah berbagai anugerah dan karunia-Nya tersebut dinikmati seorang hamba, ia justru bosan. Dan, berharap lainnya yang digambarkan lebih baik oleh akal dangkalnya.
Sementara, Allah dengan rahmat dan kasih sayang-Nya tetap melimpahkan nikmat tersebut kepada-Nya. Allah mengampuni dan memberikan udzur karena kebodohan hamba. Sampai pada titik ketika si hamba merasa sempit dan membenci nikmat tersebut, Allah akan benar-benar mencabut nikmat-Nya.
Perhatikanlah !!! Betapa jiwa ini telah terjangkiti. Berapa banyak nikmat Allah yang kita remehkan? Setiap saat Allah curahkan nikmat-Nya kepada kita. Namun, jiwa yang rakus ini tetap saja sempit. Berkhayal dan berharap yang lainnya. Setiap Allah kabulkan, padahal kita sangat sombong tidak meminta kepada-Nya, jiwa tidak pernah puas. Terus berharap yang lebih dan lebih.
Wahai jiwa ! Kapankah syukurmu? Padahal, sampai detik ini Allah masih mengasihimu, masih memberikan nikmat-Nya kepadamu. Allah masih mengampuni segala kebodohanmu. Tidakkah engkau malu kepada-Nya terhadap dirimu yang rendah?
Sebelum terlambat. Sebelum menjadi penyesalan, sadarkanlah diri. Ingat dan hargailah nikmat-nikmat-Nya. Kemudian syukuri.
Atau, segala nikmat itu akan hilang, berganti azab yang menjelang. Na'udzubillahi min dzalik!
[Al-Fawaid; Ibnul Qayyim rahimahullah]
sumber : majalah Tashfiyah ed.29/1434H/2013