Jumat, 14 Juni 2013

Bersungguh-sungguh Dalam Belajar Agama

Ustadz-ustadz di televisi dinilai kerap tidak mengedepankan kaidah norma-norma agama dalam berdakwah. Alih-alih memberi dakwah yang mendidik dalam rangka meningkatkan keagamaan, beberapa ustadz malah banyak bergaya seperti selebriti.

"Substansi sangat kurang sekali. Mereka lebih banyak bercanda kepada publik. Jadi intinya mereka lebih mengarah ke aksesoris bukan ke arah substansi seperti mendidik", ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin (detiknews.com, 15/11/20110)


Apabila kita melihat kondisi umat Islam sekarang ini, hati kecil ini sering merasa miris. Forum-forum pengajian yang seharusnya menjadi tempat kaum muslimin belajar dengan tenang, malah berubah ramai menjadi forum canda tawa yang tak berhikmah.

Ceramah-ceramah agama baik di desa, kota, maupun televisi dan radio yang seharusnya diisi oleh dai-dai alim yang menebarkan Al-Qur'an dan hadits dengan penjelasannya, malah diisi oleh dai-dai pelawak dengan cerita-cerita konyolnya yang justru semakin menjauhkan umat dari agama.

Kondisi ini diperparah oleh peserta pengajian yang sejak awal datang ke pengajian niatnya bukan untuk menimba ilmu agama, namun hanya untuk kumpul-kumpul melepas penat sambil ngobrol dengan teman atau tetangga. Kita bisa melihat dari sedikitnya peserta pengajian yang datang membawa alat tulis untuk mencatat materi pengajian. Bagaimana mau memahami agama jika cara mengajinya seperti ini ?!

Semua muslim tidak akan bisa hidup bahagia, kecuali ia memegang teguh agamanya. Dan hal itu hanya bisa tercapai jika ia telah belajar Islam yang benar, berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sehingga, wajib bagi kita untuk mempelajari hal-hal pokok dalam agama ini. Seperti belajar tauhid, aqidah, tata cara sholat, puasa, haji, zakat, juga mempelajari perkara muamalah (hubungan antar manusia) yang dibutuhkan. Sehingga, kita bisa tahu mana tauhid dan syirik, mana sunnah dan bid'ah, mana yang halal dan haram. Semua ini adalah ilmu-ilmu pokok yang kita butuhkan.

Sebagaimana ilmu dunia, belajar agama tentu butuh keseriusan, bahkan lebih serius dibandingkan dengan belajar ilmu dunia. Karena, ilmu agama-lah yang akan menentukan nasib kita kelak di kehidupan setelah kematian. Sehingga sudah sepantasnya bagi kita untuk bersungguh-sungguh dalam mempelajari agama. Sebab, agama Islam bukanlah agama yang hanya mementingkan amal saja tanpa ilmu, namun justru sangat menitikberatkan "berilmu sebelum beramal".

Alloh ta'ala berfirman,
"Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Alloh dan mohonlah ampunan bagi dosamu." [QS. Muhammad ; 19]

Dalam belajar agama, kita dituntut untuk bersabar. Seseorang yang tidak sabar dalam belajar agama, ia hanya bersemangat di awal, lalu cepat menjadi bosan. Ini disebabkan tidak belajar secara bertahap, merasa bisa langsung menguasai materi yang berat, tetapi dirinya sendiri tidak mampu memikulnya. Jika seseorang tergesa-gesa dalam menuntut ilmu, dia justru akan kehilangan seluruh ilmunya. Karena kekokohan ilmu tidak bisa didapatkan secara instan, tetapi melalui tahap-tahap yang panjang dan banyak mengulang.

Sebagaimana ilmu dunia yang memiliki kurikulum, belajar agama juga ada tahapan-tahapannya. Para ulama sering mengatakan, 
"Barangsiapa yang tidak menguasai materi-materi pokok/dasar, dia tidak akan memperoleh hasil."
Karena seseorang tidak mungkin bisa menguasai banyak cabang ilmu jika pangkal ilmunya sendiri tidak kokoh.

Yang wajib kita pelajari pertama kali adalah tauhid, karena tauhid-lah yang akan menentukan nasib kita di akhirat nanti. Dari belajar tauhid, kita bisa mengerti tentang syirik, sehingga kita bisa menghindari berbagai macam bentuknya.
Setelah tauhid, baru kita belajar mengenai fiqh, akhlak, dan ilmu-ilmu yang lain. Namun, bukan berarti kita hanya terpaku pada masalah tauhid dan tidak mempelajari bidang agama lainnya dengan alasan belum menguasai seluruh seluk beluk tauhid. Akan tetapi, hendaknya kita memberikan porsi  yang paling besar dalam masalah tauhid tanpa melupakan bidang-bidang lainnya.

Diantara disiplin ilmu yang sangat penting adalah bahasa Arab. Karena agama Islam memang diturunkan dalam bahasa Arab. Tidak mungkin kita bisa mengetahui makna dan tafsir Al-Qur'an dan hadits jika kita tidak bisa berbahasa Arab. Oleh karena itu, Umar bin Khaththab radhiyallohu 'anhu mengatakan, "Pelajarilah bahasa Arab, sesungguhnya ia bagian dari agama kalian."

Setelah kita mulai sedikit demi sedikit belajar agama, jangan lupa untuk mengamalkannya. Karena Alloh membebankan dosa atas pelanggaran yang telah dimengerti ilmunya oleh seorang hamba. Namun, bukan berarti orang yang tidak mempelajari ilmu agama tidak berdosa ketika tersalah. Orang yang tidak mau mempelajari ilmu agama pun berdosa ketika melanggar selama dia mampu untuk menuntut ilmu namun dia tidak mau mencarinya. Hanya saja, dosa dari pelanggaran orang yang berilmu lebih besar daripada orang yang berilmu.

Tidak hanya itu, Alloh juga akan menambahkan ilmu jika kita mengamalkan apa yang telah kita ilmui.
Alloh 'azza wa jalla berfirman,
"Bertaqwalah kepada Alloh, maka Alloh akan membuat kalian berilmu. Sungguh Alloh Maha Mengetahui segala sesuatu." [QS. Al Baqarah ; 282]

Marilah mulai saat ini kita serius dalam belajar agama. Bersemangatlah untuk datang ke forum pengajian yang didalamnya dibahas kitab-kitab para ulama yang berdasarkan Al-Qur'an dan hadits. Rajin-rajinlah membaca buku-buku yang bermanfaat, dan berkonsultasilah dengan para ustadz yang memiliki ilmu agama yang baik. Tanyakan kepada mereka tentang hal-hal yang membuat kita bingung, dan temukan jawaban tentang hukum-hukumnya. Bila tidak sempat, bisa dengan membaca buku, majalah, atau buletin, membuka situs-situs internet dan segala media yang mendakwahkan Islam berdasarkan Al-Qur'an dan hadits.

"Alloh akan meninggikan orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." [QS. Al-Mujadalah ; 11]

(Ristyandani) disarikan dari Kitab al-ilmi karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin

sumber : majalah Tashfiyah ed.12/1433/2012, dengan beberapa editan