WANITA, satu bagian dari pemeran kehidupan ini seakan tersingkir dari peranan. Mereka digambarkan sebagai 'teman belakang' yang tak lebih dari sekedar 'anak bawang'. Sejatinya, mereka memiliki peranan yang penting dan vital meskipun hanya berkutat di belakang dinding rumah.
Alloh menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Masing-masing memiliki perannya dalam kehidupan, sesuai dengan kapasitasnya dan kemampuannya. Alloh menjadikan kedua pihak ini untuk saling melengkapi dan menyempurnakan agar tercipta hidup yang tenteram dan bahagia.
Seorang wanita memiliki peran dan tugas yang khusus dilakukannya. Tidak akan cocok dan sempurna tugas ini jika dilakukan oleh seorang laki-laki. Maka, sebenarnya wanita memiliki tugas yang mulia sebagaimana laki-laki, meskipun terkesan tidak nampak dari luar rumah. Wanita yang melakukan tugas-tugas inilah wanita yang sempurna. Sedangkan wanita yang menyia-nyiakan tugas ini adalah wanita yang menyia-nyiakan amanah.
Wanita sejatinya memiliki peranan penting dalam perbaikan masyarakat. Hal ini disebabkan karena dua hal ; karena wanita memiliki jumlah yang sama dengan laki-laki (bahkan cenderung lebih banyak) dan wanita adalah orang pertama yang mengasuh anak yang mana hal ini berarti, wanita yang memberi warna dasar pada kehidupan anak.
IBU, sang pembangun generasi
Ibu, dialah yang melahirkan sang penerus generasi. Didalam rahim-nya lah tersimpan benih-benih penyambung umat. Dialah yang kita rasakan dekapan hangat timangannya sejak kita dilahirkan. Dialah yang berbagi makanan dengan kita dalam tiap tetes ASI yang menjadi daging bagi kita.
Ibu adalah tempat curahan hati dan mencari solusi bagi permasalahan kita waktu kita kecil dahulu. Saat kita gundah gulana, ibu-lah yang menghibur. Saat kita sendiri, ibu yang menemani. Saat kita sakit, ibu yang pertama kali merasa khawatir.
Karena ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak, ibu adalah orang yang paling berpotensi untuk menanamkan aqidah dan ajaran yang benar pada anak. Ibu memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya sesuai syariat. Dia harus mengenalkan dan mendidik anaknya dengan Islam.
Demikian pula, seorang ibu hendaknya memperbanyak generasi Islam. Hal ini dengan melahirkan banyak anak.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasallam telah menegaskan bahwa banyaknya anak adalah sesuatu yang disunnahkan dalam sabda beliau, yang artinya,
"Menikahlah dengan perempuan yang penyayang dan banyak memiliki anak, karena aku membanggakan dengan banyaknya kalian pada hari kiamat." [HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i, Syaikh Al-Albani mengatakan, hasan shahih]
Inilah tugas mulia seorang ibu. Tugas penting yang tak bisa dipandang sebelah mata. Jika tugas mulia ini tidak ada yang mengembannya, maka kita tinggal menunggu waktu hancurnya umat. Jika tugas ini diserahkan kepada lelaki yang tidak diciptakan dengan kodrat untuk melakukannya, maka kemungkinan generasi kita akan menjadi generasi yang tidak sempurna. Jika tugas ini diemban oleh wanita yang rusak, tinggal kita tunggu rusaknya generasi yang akan datang.
ISTRI, sang penolong suami
Istri, dialah labuhan hati seorang suami. Dia yang memberikan ketenangan saat suami merasa gundah dan gelisah. Dia yang menentramkan saat suami dilanda kemelut permasalahan dunia. Dialah yang dimaksud dalam firman Alloh,
"Dan di antara ayat-ayatNya adalah Dia ciptakan dari diri kalian pasangan-pasangan agar kalian tentram kepada istri kalian...." [QS. Ar-Ruum ; 21]
Perlu kita ketahui, tugas ini bukanlah tugas yang sepele yang patut diabaikan. Tugas ini bukanlah tugas minor yang tidak memiliki pengaruh dalam masyarakat. Dengan dukungan penuh seorang istri, suami akan melaksanakan tugas-tugas luar rumah tangga dengan baik. Dia akan merasa segar kembali setelah pulang ke rumah. Sehingga, esoknya dia berangkat dari rumah dengan pikiran tenang dan nyaman.
Berbeda halnya dengan istri yang membuat sesak dan sempitnya jiwa. Dia akan menambah kegundahan setelah suami bergelut mencari nafkah dunia. Rumah bukan lagi merupakan tempat yang nyaman untuk mengistirahatkan badan. Justru, rumah seakan tempat azab di muka bumi.
Seorang istri bertugas menjaga kondisi rumah yang kondusif bagi suami. Dia wajib menjaga harta, anak, dan rumah suami. Dia juga wajib untuk menjaga dirinya dari mengkhianati suami tatkala ditinggalkan dirumah. Inilah Istri, sang asisten tanpa pamrih, sang pemain di balik layar.
Allohu a'lam bish showwab
sumber : majalah Tashfiyah ed.03/1432/2011
Alloh menciptakan manusia berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan. Masing-masing memiliki perannya dalam kehidupan, sesuai dengan kapasitasnya dan kemampuannya. Alloh menjadikan kedua pihak ini untuk saling melengkapi dan menyempurnakan agar tercipta hidup yang tenteram dan bahagia.
Seorang wanita memiliki peran dan tugas yang khusus dilakukannya. Tidak akan cocok dan sempurna tugas ini jika dilakukan oleh seorang laki-laki. Maka, sebenarnya wanita memiliki tugas yang mulia sebagaimana laki-laki, meskipun terkesan tidak nampak dari luar rumah. Wanita yang melakukan tugas-tugas inilah wanita yang sempurna. Sedangkan wanita yang menyia-nyiakan tugas ini adalah wanita yang menyia-nyiakan amanah.
Wanita sejatinya memiliki peranan penting dalam perbaikan masyarakat. Hal ini disebabkan karena dua hal ; karena wanita memiliki jumlah yang sama dengan laki-laki (bahkan cenderung lebih banyak) dan wanita adalah orang pertama yang mengasuh anak yang mana hal ini berarti, wanita yang memberi warna dasar pada kehidupan anak.
IBU, sang pembangun generasi
Ibu, dialah yang melahirkan sang penerus generasi. Didalam rahim-nya lah tersimpan benih-benih penyambung umat. Dialah yang kita rasakan dekapan hangat timangannya sejak kita dilahirkan. Dialah yang berbagi makanan dengan kita dalam tiap tetes ASI yang menjadi daging bagi kita.
Ibu adalah tempat curahan hati dan mencari solusi bagi permasalahan kita waktu kita kecil dahulu. Saat kita gundah gulana, ibu-lah yang menghibur. Saat kita sendiri, ibu yang menemani. Saat kita sakit, ibu yang pertama kali merasa khawatir.
Karena ibu adalah orang yang paling dekat dengan anak, ibu adalah orang yang paling berpotensi untuk menanamkan aqidah dan ajaran yang benar pada anak. Ibu memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya sesuai syariat. Dia harus mengenalkan dan mendidik anaknya dengan Islam.
Demikian pula, seorang ibu hendaknya memperbanyak generasi Islam. Hal ini dengan melahirkan banyak anak.
Rosulullah sholallohu 'alaihi wasallam telah menegaskan bahwa banyaknya anak adalah sesuatu yang disunnahkan dalam sabda beliau, yang artinya,
"Menikahlah dengan perempuan yang penyayang dan banyak memiliki anak, karena aku membanggakan dengan banyaknya kalian pada hari kiamat." [HR. Abu Dawud dan An-Nasa'i, Syaikh Al-Albani mengatakan, hasan shahih]
Inilah tugas mulia seorang ibu. Tugas penting yang tak bisa dipandang sebelah mata. Jika tugas mulia ini tidak ada yang mengembannya, maka kita tinggal menunggu waktu hancurnya umat. Jika tugas ini diserahkan kepada lelaki yang tidak diciptakan dengan kodrat untuk melakukannya, maka kemungkinan generasi kita akan menjadi generasi yang tidak sempurna. Jika tugas ini diemban oleh wanita yang rusak, tinggal kita tunggu rusaknya generasi yang akan datang.
ISTRI, sang penolong suami
Istri, dialah labuhan hati seorang suami. Dia yang memberikan ketenangan saat suami merasa gundah dan gelisah. Dia yang menentramkan saat suami dilanda kemelut permasalahan dunia. Dialah yang dimaksud dalam firman Alloh,
"Dan di antara ayat-ayatNya adalah Dia ciptakan dari diri kalian pasangan-pasangan agar kalian tentram kepada istri kalian...." [QS. Ar-Ruum ; 21]
Perlu kita ketahui, tugas ini bukanlah tugas yang sepele yang patut diabaikan. Tugas ini bukanlah tugas minor yang tidak memiliki pengaruh dalam masyarakat. Dengan dukungan penuh seorang istri, suami akan melaksanakan tugas-tugas luar rumah tangga dengan baik. Dia akan merasa segar kembali setelah pulang ke rumah. Sehingga, esoknya dia berangkat dari rumah dengan pikiran tenang dan nyaman.
Berbeda halnya dengan istri yang membuat sesak dan sempitnya jiwa. Dia akan menambah kegundahan setelah suami bergelut mencari nafkah dunia. Rumah bukan lagi merupakan tempat yang nyaman untuk mengistirahatkan badan. Justru, rumah seakan tempat azab di muka bumi.
Seorang istri bertugas menjaga kondisi rumah yang kondusif bagi suami. Dia wajib menjaga harta, anak, dan rumah suami. Dia juga wajib untuk menjaga dirinya dari mengkhianati suami tatkala ditinggalkan dirumah. Inilah Istri, sang asisten tanpa pamrih, sang pemain di balik layar.
Allohu a'lam bish showwab
sumber : majalah Tashfiyah ed.03/1432/2011