Banyak wanita mempertanyakan buruknya praktik ta'addud (poligami) dalam Islam. Mereka kemudian menolak keras poligami dengan alasan menyakiti wanita. Penolakan ini bahkan merembet hingga menggugat syariat, menganggap syariat tak lagi memberikan keadilan. Dengan gelap mata, penafsiran ajaran agama selama ini divonis hanya memihak kaum laki-laki, serta dituduh dipahami secara tekstual dan parsial.
Alhasil, wanita boleh meradang ketika suaminya menikah lagi. Lantas, kenapa banyak wanita yang dibiarkan jadi selingkuhan pria beristri? Mengapa pula banyak wanita yang dengan sukacita jadi "istri" simpanan demi seonggok materi? Dan mengapa tak sedikit istri yang lebih senang suaminya "jajan" atau selingkuh ketimbang kawin lagi, (lagi-lagi) dengan alasan materi - takut harta suami direbut madunya, warisan suami akan terbagi, dsb? Alasan menyakiti wanita pun kian abu-abu.
Alhasil, wanita boleh meradang ketika suaminya menikah lagi. Lantas, kenapa banyak wanita yang dibiarkan jadi selingkuhan pria beristri? Mengapa pula banyak wanita yang dengan sukacita jadi "istri" simpanan demi seonggok materi? Dan mengapa tak sedikit istri yang lebih senang suaminya "jajan" atau selingkuh ketimbang kawin lagi, (lagi-lagi) dengan alasan materi - takut harta suami direbut madunya, warisan suami akan terbagi, dsb? Alasan menyakiti wanita pun kian abu-abu.