Kehidupan dunia ini bagaikan sebuah roda yang berputar. Pasti mengalami naik turun, kadang di atas dan kadang di bawah. Tidak lepas dari dua hal, yaitu keadaan menyenangkan dan keadaan menyusahkan.
Dalam dua keadaan tersebut, seorang hamba mempunyai kewajiban yang harus ditunaikannya. Sehingga, dengannya ia bisa menyempurnakan keimanan.
Kewajiban saat ditimpa sesuatu yang menyusahkan adalah bersabar. Qalbunya, yakin setiap musibah datang dari Alloh dengan segala hikmah di baliknya. Lisannya, mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, sesungguhnya kita ini milik Alloh, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kita kembali. Anggota badannya, tidak melakukan sesuatu yang dimurkai Alloh.
Adapun ketika mendapat kenikmatan, maka kewajibannya adalah bersyukur. Qalbunya, yakin nikmat dari-Nya semata. Lisannya, mengucapkan Alhamdulillah, segala puji milik Alloh. Anggota badannya, menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan.
Jika sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa dirinya, ia pun bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya. Dan jika ia mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, ia pun bersyukur dan syukur itu pun merupakan kebaikan baginya.
Manusia sekali waktu pasti ditimpa musibah. Mungkin berkaitan dengan dirinya sendiri, keluarga, harta, sahabat-sahabatnya, atau yang menyangkut hal-hal lainnya. Jika ia berhasil menghadapi musibah ini dengan kesabaran, dan harapan datangnya jalan keluar dari Alloh, maka musibah-musibah tersebut menjadi pelebur dosa-dosa, dan sekaligus menjadi sarana untuk meningkatkan derajatnya.
Demikian halnya jika seseorang berusaha untuk menerima takdir-takdir Alloh. Maka hatinya akan tenang dan longgar dalam menghadapinya.
Alloh adalah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta. Alloh yang menakdirkan apa saja sesuai hikmah-Nya. Dia subhanahu wa ta'ala berhak berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Dia subhanahu wa ta'ala juga berhak menetapkan segala sesuatu yang diinginkan-Nya.
Manusia adalah hamba Alloh. Manusia berkewajiban untuk tunduk dan patuh kepada-Nya. Mereka harus berlapang dada terhadap ketentuan dan takdir-Nya.
Satu hal yang mesti kita ingat, bahwa Alloh adalah Dzat Yang Maha Adil, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Hal ini memberikan konsekuensi bahwa segala takdir yang ditetapkan-Nya pasti berlandaskan ilmu, keadilan, dan kebijaksanaan-Nya.
Pengetahuan seorang hamba mengenai hal ini, sebenarnya cukup untuk mendorongnya berlapang dada dalam menerima segala takdir Alloh. Tatkala Alloh menghendaki sesuatu yang lain dari keinginan seorang hamba, maka yakinlah bahwa itulah yang terbaik bagi hamba tersebut.
Renungilah, bahwa terkadang hikmah-hikmah dibalik takdir itu bisa diketahui akal manusia, dan terkadang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Alloh semata. Maka, jangan sampai ada prasangka yang tidak baik terhadap takdir dan ketentuan-Nya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasallam pernah mengingatkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang artinya,
"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian meninggal kecuali ia memiliki prasangka yang baik kepada Alloh." [HR. Muslim dari shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallohu 'anhu]
Dengan keyakinan mantap mengenai hal ini, hati seseorang akan menjadi tenang. Qalbunya tidak akan gundah gulana dalam mengarungi kehidupan duniawi yang penuh dengan ujian dan tantangan. Seorang hamba yang yakin bahwa kegagalan dan musibah adalah takdir dari Alloh, dia akan menyadari bahwa hal itu tidak akan luput darinya. Bagaimanapun upaya yang ia lakukan untuk menghindarinya.
Apabila kita telah melakukan usaha dalam meraih cita-cita, namun kita mendapatkan hasil yang sebaliknya, atau kurang sesuai dengan keinginan, maka kita tidak boleh berputus asa dan tenggelam dalam kesedihan. Karena yang demikian itu telah menjadi takdir dan keputusan Alloh. Itulah yang terbaik bagi kita.
Oleh karena itu, Nabi sholallohu 'alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits riwayat Muslim, yang artinya, "Bersemangatlah untuk melakukan hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Alloh dan jangan merasa lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu, maka jangan engkau berkata, 'Seandainya aku berbuat demikian, tentu hasilnya begini dan begitu'. Namun ucapkanlah, 'Qodarullohu wa masyaa fa'ala' (ini adalah ketetapan Alloh, dan Alloh berbuat apa yang dikehendaki-Nya). Karena sesungguhnya ucapan 'seandainya' akan membuka pintu bagi syaithan."
Demikianlah. Jika seseorang memahami takdir Alloh dengan benar, niscaya ia akan mampu menyikapinya dengan lapang dada dan kerelaan. Jangan sampai seseorang merasa tidak terima terhadap ketetapan Alloh, mengkritisi dan mengekspresikan ketidakpuasannya dengan ucapan atau amal perbuatan. Sungguh, sikap yang demikian ini akan melunturkan keimanan dan aqidah pelakunya.
Dengan demikian, mengetahui permasalahan takdir, lapang dada, dan ridha terhadapnya merupakan sesuatu yang sangat vital dan urgen bagi seorang Muslim.
sumber : majalah Tashfiyah edisi 24/1434H/2013
Dalam dua keadaan tersebut, seorang hamba mempunyai kewajiban yang harus ditunaikannya. Sehingga, dengannya ia bisa menyempurnakan keimanan.
Kewajiban saat ditimpa sesuatu yang menyusahkan adalah bersabar. Qalbunya, yakin setiap musibah datang dari Alloh dengan segala hikmah di baliknya. Lisannya, mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, sesungguhnya kita ini milik Alloh, dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kita kembali. Anggota badannya, tidak melakukan sesuatu yang dimurkai Alloh.
Adapun ketika mendapat kenikmatan, maka kewajibannya adalah bersyukur. Qalbunya, yakin nikmat dari-Nya semata. Lisannya, mengucapkan Alhamdulillah, segala puji milik Alloh. Anggota badannya, menggunakan nikmat tersebut dalam ketaatan.
Jika sesuatu yang tidak menyenangkan menimpa dirinya, ia pun bersabar dan itu merupakan kebaikan baginya. Dan jika ia mendapatkan sesuatu yang menyenangkan, ia pun bersyukur dan syukur itu pun merupakan kebaikan baginya.
Manusia sekali waktu pasti ditimpa musibah. Mungkin berkaitan dengan dirinya sendiri, keluarga, harta, sahabat-sahabatnya, atau yang menyangkut hal-hal lainnya. Jika ia berhasil menghadapi musibah ini dengan kesabaran, dan harapan datangnya jalan keluar dari Alloh, maka musibah-musibah tersebut menjadi pelebur dosa-dosa, dan sekaligus menjadi sarana untuk meningkatkan derajatnya.
Demikian halnya jika seseorang berusaha untuk menerima takdir-takdir Alloh. Maka hatinya akan tenang dan longgar dalam menghadapinya.
Alloh adalah Pencipta, Pemilik, dan Pengatur alam semesta. Alloh yang menakdirkan apa saja sesuai hikmah-Nya. Dia subhanahu wa ta'ala berhak berbuat apa saja yang dikehendaki-Nya. Dia subhanahu wa ta'ala juga berhak menetapkan segala sesuatu yang diinginkan-Nya.
Manusia adalah hamba Alloh. Manusia berkewajiban untuk tunduk dan patuh kepada-Nya. Mereka harus berlapang dada terhadap ketentuan dan takdir-Nya.
Satu hal yang mesti kita ingat, bahwa Alloh adalah Dzat Yang Maha Adil, Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Hal ini memberikan konsekuensi bahwa segala takdir yang ditetapkan-Nya pasti berlandaskan ilmu, keadilan, dan kebijaksanaan-Nya.
Pengetahuan seorang hamba mengenai hal ini, sebenarnya cukup untuk mendorongnya berlapang dada dalam menerima segala takdir Alloh. Tatkala Alloh menghendaki sesuatu yang lain dari keinginan seorang hamba, maka yakinlah bahwa itulah yang terbaik bagi hamba tersebut.
Renungilah, bahwa terkadang hikmah-hikmah dibalik takdir itu bisa diketahui akal manusia, dan terkadang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Alloh semata. Maka, jangan sampai ada prasangka yang tidak baik terhadap takdir dan ketentuan-Nya.
Nabi sholallohu 'alaihi wasallam pernah mengingatkan hal ini dalam sebuah sabdanya yang artinya,
"Janganlah sekali-kali salah seorang di antara kalian meninggal kecuali ia memiliki prasangka yang baik kepada Alloh." [HR. Muslim dari shahabat Jabir bin Abdillah radhiyallohu 'anhu]
Dengan keyakinan mantap mengenai hal ini, hati seseorang akan menjadi tenang. Qalbunya tidak akan gundah gulana dalam mengarungi kehidupan duniawi yang penuh dengan ujian dan tantangan. Seorang hamba yang yakin bahwa kegagalan dan musibah adalah takdir dari Alloh, dia akan menyadari bahwa hal itu tidak akan luput darinya. Bagaimanapun upaya yang ia lakukan untuk menghindarinya.
Apabila kita telah melakukan usaha dalam meraih cita-cita, namun kita mendapatkan hasil yang sebaliknya, atau kurang sesuai dengan keinginan, maka kita tidak boleh berputus asa dan tenggelam dalam kesedihan. Karena yang demikian itu telah menjadi takdir dan keputusan Alloh. Itulah yang terbaik bagi kita.
Oleh karena itu, Nabi sholallohu 'alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits riwayat Muslim, yang artinya, "Bersemangatlah untuk melakukan hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah kepada Alloh dan jangan merasa lemah. Apabila engkau tertimpa sesuatu, maka jangan engkau berkata, 'Seandainya aku berbuat demikian, tentu hasilnya begini dan begitu'. Namun ucapkanlah, 'Qodarullohu wa masyaa fa'ala' (ini adalah ketetapan Alloh, dan Alloh berbuat apa yang dikehendaki-Nya). Karena sesungguhnya ucapan 'seandainya' akan membuka pintu bagi syaithan."
Demikianlah. Jika seseorang memahami takdir Alloh dengan benar, niscaya ia akan mampu menyikapinya dengan lapang dada dan kerelaan. Jangan sampai seseorang merasa tidak terima terhadap ketetapan Alloh, mengkritisi dan mengekspresikan ketidakpuasannya dengan ucapan atau amal perbuatan. Sungguh, sikap yang demikian ini akan melunturkan keimanan dan aqidah pelakunya.
Dengan demikian, mengetahui permasalahan takdir, lapang dada, dan ridha terhadapnya merupakan sesuatu yang sangat vital dan urgen bagi seorang Muslim.
sumber : majalah Tashfiyah edisi 24/1434H/2013