Senin, 15 Juli 2013

Banyak Anak Banyak Rezeki

Seluruh ajaran Nabi sholallohu 'alaihi wasallam adalah pedoman hidup terbaik. Tuntunan hidup yang murni membawa kemanfaatan. Taat dan patuh kepada beliau adalah sumber kebahagiaan dan kemuliaan.
Prinsip mulia ini harus selalu ada pada diri setiap muslim. Sehingga, ia akan bermanfaat dan berlapang dada dalam melaksanakan setiap sunnah beliau. Tidak terkecuali anjuran Nabi sholallohu 'alaihi wasallam untuk memperbanyak anak.

Terkadang, seseorang hanya mengandalkan logika, mengedepankan hawa nafsu dalam menilai permasalahan. Atau mungkin sudah terpengaruh propaganda kafir yang tidak ingin melihat jumlah kaum muslimin semakin bertambah banyak. Sehingga, muncullah persepsi bahwa banyak anak hanya akan menyusahkan hidup. Ada pula yang berasumsi bahwa banyak anak akan membuat seseorang jatuh miskin dan serba repot.

Jika hal tersebut dijadikan sebagai alasan utama untuk membatasi jumlah anak, maka jelas ini merupakan kekeliruan yang nyata. Karena, Alloh-lah yang menjamin rezeki seluruh hamba. Jangankan manusia, binatang pun telah dijamin rezekinya oleh Alloh. Sebagaimana dalam ayat-Nya yang mulia,
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Alloh-lah yang memberi rezekinya." [QS. Hud ; 6]

Kalau kita cermati, ternyata alasan ini pula yang membuat orang-orang jahiliyah tega membunuh anak-anak mereka sendiri. Mengenai mereka, Alloh berfirman,
"Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka, dan juga kepada kalian. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." [QS. Al-Israa' ; 31]

Dalam ayat ini, Alloh tegaskan bahwa Dia-lah yang akan memberikan jaminan rezeki kepada mereka. Bahkan, setiap anak yang terlahir ke dunia telah membawa bagian rezekinya masing-masing. Sejak umur 4 bulan dalam kandungan, hal itu telah ditetapkan.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sungguh, dikumpulkan penciptaan kalian dalam perut ibumu selama empat puluh hari. Kemudian dalam waktu yang sama menjadi segumpal darah. Kemudian dalam waktu yang sama menjadi sekerat daging. Kemudian diutuslah malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya, juga diperintahkan dengan empat hal ; untuk menuliskan rezekinya, ajalnya, amalnya, dan termasuk orang yang sengsara atau bahagia." [HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Abdullah bin Mas'ud radhiyallohu 'anhu]
Sehingga, kekhawatiran orang-orang jahiliyah tersebut sungguh tidak beralasan.

Ada benarnya ungkapan orang tempo dulu yang menyatakan bahwa banyak anak berarti banyak rezeki. Ayat dan hadits di atas adalah buktinya. Karena setiap jiwa membawa rezekinya masing-masing.

Bahkan anak itu sendiri adalah rezeki dari Alloh. Anak merupakan anugerah yang sangat besar. Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga memberikan kebahagiaan yang tiada tara bagi sepasang suami istri. Dan ini pun adalah rezeki. Karena rezeki bisa berupa materi atau imateri. Yang berupa imateri inilah banyak orang yang tidak paham.

Sungguh nikmat besar yang menuntut syukur kepada Alloh, sekaligus amanah yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Beragam kebaikan dunia maupun akhirat bisa diwujudkan dengan keberadaan anak-anak tersebut. Dalam hal keharmonisan rumah tangga, kehadiran anak akan semakin memperkuat hubungan baik antara suami dan istri. Ini terkait dengan keuntungan duniawi. Belum lagi keuntungan di akhirat nanti jika berhasil mendidik anak mereka menjadi generasi shalih dan shalihah. Karena keduanya akan mendapat pahala dari setiap amal shalih yang dilakukan anak. Bahkan setelah orangtua meninggal dunia sekalipun. Inilah rezeki imateri yang sangat besar.


Karena berbagai kebaikan itulah, Nabi sholallohu 'alaihi wasallam menghasung setiap muslim untuk mencari pasangan hidup yang subur. Artinya memiliki potensi untuk bisa melahirkan anak yang banyak. Diriwayatkan dari Ma'qil bin Yasar Al-Muzani radhiyallohu 'anhu, bahwa ia berkata,
"Dahulu ada seorang laki-laki yang datang menemui Rasulullah lantas bertanya, 'Sesungguhnya aku mendapatkan seorang wanita rupawan dan berasal dari keturunan yang terhormat. Namun sangat disayangkan, ia tidak bisa melahirkan anak (mandul). Apakah boleh aku menikahinya?' Beliau pun menjawab, 'Jangan'. Kemudian laki-laki itu datang untuk yang kedua kalinya dan kembali mengajukan pertanyaan yang sama. Beliau tetap tidak mengizinkannya. Kemudian laki-laki itu kembali datang untuk kali ketiganya dengan pertanyaan yang sama. Maka Rasulullah bersabda, 'Nikahilah wanita yang penyayang dan subur (bisa melahirkan banyak anak). Karena sesungguhnya aku akan membanggakan banyaknya jumlah kalian di hadapan umat-umat yang lain di akhirat nanti'." {HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih]

Berdasarkan hadits diatas, para ulama berkesimpulan bahwa memperbanyak keturunan adalah perkara yang sangat dianjurkan dalam agama Islam. Inilah salah satu tujuan mulia dari pernikahan, yaitu memperbanyak keturunan yang shalih dan shalihah. Dengan ini pula Nabi sholallohu 'alaihi wasallam akan berbangga-bangga di hari kiamat nanti.

Anas bin Malik radhiyallohu 'anhu berkisah, bahwa suatu saat ibunya meminta kepada Nabi sholallohu 'alaihi wasallam, "Berdoalah kepada Alloh untuk kebaikan pelayan kecilmu ini (maksidnya adalah Anas bin Malik), ya Rasulullah."
Anas berkata, "Maka beliau pun berdoa memohon kepada Alloh agar aku diberi berbagai kebaikan. Dan yang terakhir beliau panjatkan, 'Ya Alloh perbanyaklah harta dan keturunannya, serta berkahilah apa yang Engkau berikan kepadanya'. Sungguh doa beliau sangat mustajab. Doa beliau dikabulkan oleh Alloh. Anas mengisahkan, 'Demi Alloh, sungguh aku memiliki harta yang banyak. Dan anak keturunanku berjumlah lebih dari seratus orang'." [HR. Muslim]

Demikianlah salah satu ajaran Nabi sholallohu 'alaihi wasallam kita yang mulia. Sekarang, keberkahan ini diabaikan oleh banyak kaum muslimin. Namun, janganlah terkecoh dengan keberadaan sekian banyak orang yang mengabaikan hal ini, atau bahkan membencinya. Kita tetap yakin bahwa petunjuk beliau adalah petunjuk yang terbaik dalam segala aspek kehidupan. Allahu a'lam.


sumber : majalah Tashfiyah ed.26/1434/2013