Senin, 16 Maret 2015

Janganlah Kalian Mengharap Dunia dengan Amalan Akhirat


Termasuk bahaya besar apabila seorang hamba mengamalkan suatu amalan sholih dalam rangka mengharap harta benda dunia. Amalan ini adalah bentuk kesyirikan yang menafikan kesempurnaan tauhid yang wajib dan menggugurkan amalan. Perbuatan ini lebih besar daripada riya', sebab orang yang menginginkan dunia keinginannya selalu mengalahkan (menyertai) mayoritas amalannya. Adapun riya', hanya muncul pada sebagian amalan saja, tidak terus-menerus menyertainya. Sedangkan seorang mukmin, akan senantiasa waspada dari ini dan itu.

Adapun perbedaan antara riya' dengan keinginan seseorang untuk mendapatkan dunia dengan amalnya, yaitu antara keduanya memiliki keumuman dan kekhususan mutlak yang keduanya akan berkumpul pada diri seseorang apabila dia melakukan amalan, agar nampak indah di hati hadapan manusia, agar mereka melihatnya, mengagungkan dan memujinya. Yang seperti ini namanya riya', demikian juga termasuk mengharapkan dunia, sebab dia beramal ketika di sisi manusia dan mengharap agar mereka memuliakan, memuji dan menyanjungnya.

Rabu, 25 Februari 2015

Hidayah itu Mahal

Pernahkah terpikirkan bahwa kita tengah berada dalam anugrah yang tiada ternilai dari Dzat yang memiliki kerajaan langit dan bumi, sementara begitu banyak orang yang dihalangi untuk memperolehnya ?




Kita bisa tahu ajaran yang benar dari agama Islam ini. Tahu ini haq, itu batil,,, ini tauhid, itu syirik,,, ini sunnah, itu bid'ah,,,

Lalu kita dimudahkan untuk mengikuti yang haq dan meninggalkan yang batil. Sementara, banyak orang yang tidak mengerti mana yang benar dan mana yang sesat, atau ada yang tahu tapi tidak dimudahkan baginya untuk mengamalkan al-haq, malah ia gampang berbuat kebatilan.

Senin, 23 Februari 2015

Tinggalkanlah Sikap Berlebih-lebihan


BERLEBIHAN DALAM BERBICARA
Berlebihan dalam berbicara tidak mengandung kebaikan sama sekali karena mengandung kemudharatan murni. Ketika seseorang mengetahui bahwa setiap kata (yang dia ucapkan) itu akan ditulis sebagai pahala atau dosa baginya, dia menahan diri dari kebanyakan pembicaraannya. Dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. Ketika sempurna akal seseorang, sedikitlah bicaranya.

Betapa banyak dalil dalam Kitabullah dan Sunnah yang mendorong untuk meninggalkan sikap berlebih-lebihan dan menahan diri dari kebanyakan pembicaraan. Diantaranya :
"Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan didekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir." [QS. Qaf ; 18]

Kamis, 12 Februari 2015

Yakin Mati....., tapi Tidak Bersiap ?!


Hamid Al-Qaishary rahimahullah mengatakan,



Kita semua yakin akan datangnya kematian, tetapi kita tidak bersiap-siap untuk menghadapinya

Kita semua yakin dengan adanya surga, tetapi kita tidak beramal untuk mendapatkannya

Kita semua yakin dengan neraka, tetapi kita tidak merasa takut darinya

Lalu dengan sebab apa kalian bergembira?

Lalu apa yang kalian tunggu?

KEMATIAN?

Ketahuilah, itu adalah awal ketetapan Alloh yang mendatangi kalian dengan kebaikan atau kejelekan

Wahai saudaraku, berjalanlah menuju Alloh dengan segala kebaikan




[Minhajul Qashidin, Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah]

Selasa, 03 Februari 2015

Berhias dengan Al-Waqar

Al-Waqar adalah sebagaimana didefinisikan oleh Al-Jahizh : "Al-Waqar adalah menahan diri dari berbicara secara berlebihan, kesia-siaan, banyak menunjuk dan bergerak dalam perkara yang tidak membutuhkan gerakan ; sedikit amarahnya, tidak banyak bertanya, menahan diri dari menjawab, menjaga diri dari ketergesaan, dan bersegera dalam seluruh perkara." [Tahdzibul Akhlaq ; hal.22]




Rasulullah menyukai umatnya berhias dengan akhlaq ketenangan dan al-waqar, bahkan ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju sholat. 
Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi shalallohu 'alaihi wasallam,
"Jika kalian telah mendengar iqomat, maka berjalanlah menuju sholat. Dan hendaklah  kalian bersikap sakinah dan waqar.Janganlah kalian tergesa-gesa. Apa yang kalian dapatkan maka sholatlah, dan apa yang terluput dari kalian sempurnakanlah." [HR. Bukhari dan Muslim]

Selasa, 20 Januari 2015

Tegakkan Sunnah Walaupun Seluruh Manusia Meninggalkannya !

Biasanya seseorang yang terpengaruh dengan lingkungannya, cenderung untuk menyamakan dirinya dengan masyarakat disekitarnya. Ketika ada suatu sunnah yang tidak dikerjakan  oleh masyarakat sekitarnya, maka ia tidak berani melakukannya. Hal ini dikarenakan rasa malu, minder atau khawatir dianggap tidak bermasyarakat. 


Padahal justru pada masa-masa seperti itu seseorang yang menerapkan Sunnah akan mendapatkan pahala besar, lima puluh kali lipat pahala para shahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Ini sesuai dengan sabda beliau :
"Sesungguhnya dibelakang kalian nanti ada hari-hari sabar bagi orang-orang yang pada waktu itu berpegang dengan apa yang kalian ada di atasnya. Mereka akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian. Para shahabat bertanya : 'Wahai nabi Alloh, apakah lima puluh kali pahalanya dari mereka ?' Beliau menjawab : 'Bahkan dari kalian'." [HR. Marwazi dalam As-Sunnah]

Rabu, 14 Januari 2015

Berhati-hati Terhadap Fitnah Anak

Anak-anak adalah fitnah/cobaan. Allah ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu." [QS. At-Taghabun;15]

Rezeki berupa anak yang Allah berikan kepada seorang hamba terkadang malah menjatuhkan hamba tersebut ke dalam sikap berbangga-bangga dengan anak dihadapan orang lain, dan tidak mensyukuri nikmat Allah itu. Dia membanggakan diri atas orang lain dengan anaknya yang banyak, merasa diri lebih baik daripada mereka, merasa sombong dan berlaku dzalim, yang pada akhirnya menjerumuskannya ke dalam neraka. Kita berlindung kepada Allah dari semua itu.


Sabtu, 03 Januari 2015

NAZHOR, Apa dan Bagaimana ?!

"Lihatlah kepadanya. Sungguh hal itu akan lebih pantas untuk melanggengkan hubungan kalian berdua."


Hadits yang agung ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (1/202), Ibnu Majah (1866), An Nasa'i (2/73), dan yang lainnya.Hadits ini disebutkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam kitab As Silsilah Ash Shahihah 1/150.
Hadits diatas diriwayatkan dari shahabat Al Mughirah bin Syu'bah radhiyallohu 'anhu. Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam menasehati beliau ketika ingin mengkhitbah seorang wanita.

Menjadi tabiat manusia, bahwa ia akan merasa senang dan tenang kepada orang yang menarik hatinya. Bahkan, kesalahan atau sikap yang kurang berkenan pun akan mudah ditoleransi karena besarnya cinta dalam hati. Sebatas hal ini, selama bukan kesalahan yang sifatnya syar'i, tidak menjadi masalah. Dan justri di sinilah ujian bagi seseorang nantinya. Siapakah yang lebih dia cintai untuk diutamakan. Allah ta'ala dan Rasul-Nya atau selain keduanya. 


Senin, 15 Desember 2014

Bila telah Bertaubat, Jauhilah Teman yang Jahat

Jangan remehkan masalah pertemanan. Jangan pula mengecilkan pengaruh teman seiring. Sedemikian besar makna pertemanan, hingga Islam memberi tuntunan dalam berteman. Seorang teman yang baik akan memberi pengaruh yang baik pada temannya. Sebaliknya, seorang teman yang jahat, dirinya akan menularkan perilaku jahat kepada temannya. Karenanya, perhatikan siapakah yang pantas menjadi teman.




Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sesungguhnya perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk, seperti seorang pembaw misk (parfum) dan pandai besi. Pembawa misk, bisa jadi ia akan memberi wewangian itu padamu, bisa jadi pula engkau membeli darinya, bisa juga engkau cuma dapati aromanya yang semerbak harum. Sedang pandai besi, bisa jadi bajumu yang terbakar, bisa pula yang engkau peroleh cuma aromanya yang tiada sedap." [Muttafaqun'alaih,hadits dari Abu Musa Al-Asy'ari radhiyallahu 'anhu]

Kamis, 04 Desember 2014

Etika Terhadap Penguasa

Suatu hal yang telah diketahui bersama, bahwa urusan manusia di muka bumi ini tidak akan beres tanpa adanya penguasa yang mengatur dan mengurusi mereka. Namun pemerintah juga tidak mungkin menjalankan program-programnya yang baik tanpa ada dukungan dari rakyatnya.

Oleh karena itu, Islam telah mengatur hubungan antara rakyat dengan penguasanya. Setiap pihak memiliki hak dan kewajiban yang harus ditunaikan kepada yang lain. Dengan demikian, akan terjalin komunikasi yang baik sehingga terwujud kemaslahatan bersama yaitu tegaknya agama dan lurusnya perkara dunia.

Sungguh, betapa indah kehidupan ketika penguasa mencintai rakyatnya dan mengerti tanggungjawab yang dipikul di atas pundaknya lalu dijalankan dengan sepenuh ketulusan. Dengan ini rakyat akan menaruh rasa hormat dan mencintai penguasanya. Keadilan ditegakkan, serta rasa aman dan nyaman terjamin. Kebaikan dijunjung tinggi dan kejelekan ditumbangkan.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian mencintai mereka dan mereka mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membenci mereka dan mereka membenci kalian; serta kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian." [HR.Muslim dari Auf bin Malik radhiyallahu 'anhu]