"Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu." [QS. At-Taghabun;15]
Rezeki berupa anak yang Allah berikan kepada seorang hamba terkadang malah menjatuhkan hamba tersebut ke dalam sikap berbangga-bangga dengan anak dihadapan orang lain, dan tidak mensyukuri nikmat Allah itu. Dia membanggakan diri atas orang lain dengan anaknya yang banyak, merasa diri lebih baik daripada mereka, merasa sombong dan berlaku dzalim, yang pada akhirnya menjerumuskannya ke dalam neraka. Kita berlindung kepada Allah dari semua itu.
Terkadang pula anak menjadi faktor pendorong orangtua untuk mencari nafkah yang harom. Banyak orangtua bersungguh-sungguh mengumpulkan harta, menzalimi orang lain, dan memutus silaturrahim karena anak.
Terkadang pula anak menyeret orangtua berbuat bakhil dan penakut. Ketika seorang ayah akan bersedekah, datang setan menggodanya, "Anakmu lebih berhak dan lebih utama." Maka ayah ini pun batal berinfaq untuk kegiatan-kegiatan kebaikan dan sosial karena anak.
Begitu pula, anak dapat menyeret orangtuanya menjadi penakut, misalnya pada saat seorang ayah menghadapi kondisi yang mengharuskannya berkata benar dan mengikuti jalan kebenaran, tetapi karena dia takut terhadap ancaman orang-orang zalim, dia berkata, "lebih baik aku menjaga anak dan mendidiknya daripada berkata benar tetapi berakibat mati atau dipenjara."
Terkadang pula, saat ada seruan jihad, dia melihat anak-anak, lalu terfitnah karenanya, akhirnya dia tidak berangkat jihad.
Terkadang orangtua berbuat aniaya terhadap anak-anaknya, melakukan perbuatan orang-orang bodoh seperti tidak memberi bagian warisan kepada anak perempuannya.
Terkadang pula saat anaknya sakit keras tidak sembuh-sembuh, orangtua menjadi gelisah karenanya lalu melakukan pelanggaran syariat dengan ucapan dan perbuatan, dan menyalahkan takdir Allah serta tidak ridha dengan keputusan-Nya.
Betapa banyak ibu yang menampari pipinya, merobek-robek saku, dan memanggil dengan panggilan jahiliyyah ketika anaknya meninggal.
Lebih dari itu semua, anak itu sendiri terkadang telah ditakdirkan oleh Allah sebagai orang yang celaka, lalu dia mencelakakan kedua orangtuanya dengan kekafiran dan sikap melampaui batas.
Menjadi tugas kedua orangtua untuk mentarbiyah anak mereka agar taat kepada Alloh, membesarkan mereka diatas hal-hal yang Allah ridhoi. Semua itu dalam rangka mencari keridhoan Allah semata. Jangan sampai anak menyibukkan keduanya dari ketaatan kepada Allah, dan dari mengingat Allah.
Alloh ta'ala berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan dari mengingat Alloh. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." [QS. Al-Munafiqun ; 9]
Oleh karena itu, jangan sampai anda melupakan nikmat Allah dan melalaikan tugas-tugas agama dengan sebab anak anda.
- dikutip dari kitab Fiqh Tarbiyatul Abna' wa Thaifah min Nashaihi Al Athibbai karya Syaikh Musthofa Al Adawiy -