Senin, 09 Desember 2013

Wasiat bagi Istri yang Mendambakan Keluarga Bahagia

Berikut ini sepuluh wasiat untuk wanita, istri dan ibu dari anak-anak, yang ingin menjadikan rumahnya sebagai pondok yang tenang dan tempat nan aman, yang dipenuhi cinta dan kasih sayang, ketenangan dan kelembutan.


Wasiat Pertama : Taqwa kepada Alloh dan menjauhi maksiat

Bila engkau ingin kesengsaraan bersarang di rumahmu dan bertunas, maka bermaksiatlah kepada Alloh !!!
Sesungguhnya kemaksiatan menghancurkan negeri dan menggoncangkan kerajaan. Maka janganlah engkau goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Alloh dan jangan engkau seperti Fulanah yang telah bermaksiat kepada Alloh..., maka ia berkata dengan menyesal penuh tangis setelah dicerai oleh sang suami, "Ketaatan menyatukan kami dan maksiat menceraikan kami..."

Wahai hamba Alloh, jagalah Alloh niscaya Dia akan menjagamu dan menjaga untukmu suamimu dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan mencerai beraikan keutuhannya.

Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata : "Aku mohon ampun kepada Alloh, itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku)..."

Maka hati-hatilah wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya :

  • Meninggalkan sholat atau mengakhirkannya atau menunaikannya dengan cara yang tidak benar. Duduk di majelis ghibah dan namimah, berbuat riya' dan sum'ah.
  • Menjelekkan dan mengejek orang lain.
  • Keluar menuju pasar (pusat keramaian/mall) tanpa kepentingan yang sangat mendesak dan tanpa didampingi mahrom.
  • Mendidik anak dengan pendidikan barat atau menyerahkan pendidikan anak kepada para pembantu dan pendidik-pendidik yang kafir.
  • Meniru wanita-wanita kafir. Rasulullahu sholallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka."
  • Menyaksikan film-film porno dan mendengarkan nyanyian.
  • Membaca majalah-majalah lawakan/humor.
  • Membiarkan sopir dan pembantu masuk ke dalam rumah tanpa kepentingan mendesak.
  • Membiarkan suami dalam kemaksiatannya.
  • Bersahabat dengan wanita-wanita fajir dan fasik. Nabi sholallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Seseorang itu menurut agama temannya."
  • Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur (membuka wajah).


Wasiat Kedua : Berupaya mengenal dan memahami suami

Hendaknya seorang istri berupaya memahami suaminya. Ia tahu apa yang disukai suami maka ia berusaha memenuhinya. Dan ia tahu apa yang dibenci suami maka ia berupaya menjauhinya, dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Alloh, karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Alloh.


Wasiat Ketiga : Ketaatan yang nyata kepada suami dan bergaul yang baik

Sesungguhnya hak suami atas istrinya itu besar.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada orang lain, niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya." [HR. Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani]

Hak suami yang pertama adalah ditaati dalam perkara yang bukan maksiat kepada Alloh dan baik dalam bergaul dengannya, serta tidak mendurhakainya.
Bersabda Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam,
"Dua golongan yang sholatnya tidak akan melewati kepalanya, yaitu budak yang lari dari tuannya hingga ia kembali, dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali."

Karena itulah 'Aisyah ummul mukminin berkata dalam memberi nasehat kepada para wanita, "Wahai sekalian wanita, seandainya kalian mengetahui hak suami-suami kalian atas diri kalian, niscaya akan ada seorang wanita di antara kalian yang mengusap debu dari kedua kaki suaminya dengan pipinya."


Wasiat Keempat : Bersikap Qona'ah (merasa cukup)

Wanita muslimah ridha dengan apa yang diberikan (suami) untuknya, baik itu sedikit ataupun banyak. Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya atau meminta sesuatu yang tidak perlu.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, "Wanita yang paling besar barokahnya."
Wahai siapakah gerangan wanita itu ?!
Apakah dia yang menghambur-hamburkan harta menuruti selera syahwatnya dan mengenyangkan keinginannya ?!
Ataukah dia yang biasa mengenakan pakaian termahal walau suaminya harus berhutang kepada teman-temannya untuk membayar harganya ?!
Sekali-kali tidak, demi Alloh. Namun mereka adalah,


"Wanita yang paling besar barokahnya adalah yang paling ringan maharnya."

Renungkanlah wahai saudariku muslimah, adabnya wanita salaf radhiyallohu 'anhunna. Salah seorang dari mereka bila suaminya hendak keluar rumah, ia mewasiatkan satu wasiat padanya. Ia berkata pada sang suami,
"Hati-hatilah engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar dari rasa lapar namun kami tidak bisa sabar dari api neraka..."


Wasiat Kelima : Baik dalam mengatur urusan rumah, seperti mendidik anak-anak dan tidak menyerahkannya pada pembantu, menjaga kebersihan rumah dan menyiapkan makan pada waktunya. Termasuk pengaturan yang baik adalah istri membelanjakan harta suaminya pada tempatnya (dengan baik), maka ia tidak berlebihan dalam perhiasan dan alat-alat kecantikan

Renungkanlah kisah seorang wanita, istri seorang tukang kayu. Ia bercerita,
"Jika suamiku keluar mencari kayu (mengumpulkan kayu dari gunung), aku ikut merasakan kesulitan yang ia temui dalam mencari rezki, dan aku turut merasakan hausnya yang sangat di gunung hingga hampir-hampir tenggorokanku terbakar. Maka aku persiapkan untuknya air yang dingin hingga ia dapat meminumnya jika ia datang. Aku menata dan merapikan barang-barangku (perabot rumah tangga) dan aku persiapkan hidangan makan untuknya. Kemudian aku berdiri menantinya dengan mengenakan pakaianku yang paling bagus. Ketika ia masuk ke dalam rumah, aku menyambutnya sebagaimana pengantin menyambut kekasihnya yang dicintai, dalam keadaan aku pasrahkan diriku padanya. Jika ia ingin beristirahat maka aku membantunya dan jika ia menginginkan diriku aku pun berada diantara kedua tangannya seperti anak perempuan kecil yang dimainkan oleh ayahnya."


Wasiat Keenam : Baik dalam bergaul dengan keluarga suami dan kerabat-kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang paling dekat dengannya. Wajib bagimu menampakkan kecintaan terhadapnya, bersikap lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Alloh semampumu

Berapa banyak rumah tangga yang masuk padanya pertikaian dan perselisihan disebabkan buruknya sikap istri terhadap ibu suaminya dan tidak adanya perhatian akan haknya. Ingatlah wahai hamba Alloh, sesungguhnya yang bergadang dan memelihara pria yang sekarang menjadi suamimu adalah ibu ini, maka jagalah dia atas kesungguhannya dan hargailah apa yang telah dilakukannya. Semoga Alloh menjaga dan memeliharamu. Maka adakah balasan bagi kebaikan selain kebaikan ?!


Wasiat Ketujuh : Menyertai suami dalam perasaannya dan turut merasakan duka cita dan kesedihannya

Jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu maka sertailah dia dalam duka cita dan kesedihannya.
Aku ingin mengingatkan engkau dengan seorang wanita yang terus hidup dalam hati suaminya sampaipun ia telah meninggal dunia. Tahun-tahun yang terus berganti tidak dapat mengikis kecintaan sang suami padanya dan panjangnya masa tidak dapat menghapus kenangan bersamanya di hati suami. Bahkan ia terus mengenangnya dan bertutur tentang andil sang istri dalam ujian, kesulitan, dan musibah yang dihadapi. Sang suami terus mencintainya dengan kecintaan yang mendatangkan rasa cemburu dari istri yang lain, yang dinikahi sepeninggalnya. Suatu hari istri yang lain itu (yakni 'Aisyah radhiyallohu 'anha) berkata,
"Aku tidak pernah cemburu kepada seorangpun dari istri Nabi sholallohu 'alaihi wasallam seperti cemburuku pada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, akan tetapi Nabi sholallohu 'alaihi wasallam banyak menyebutnya." [HR. Bukhari]

Suatu kali 'Aisyah berkata kepada Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam setelah beliau menyebut Khadijah.
"Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita selain Khadijah?!"
Maka beliau berkata, "Khadijah itu begini dan begini."

Dalam riwayat Ahmad diterangkan maksudnya, "Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakan aku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang mengharamkan (menghalangi) aku dan Alloh memberiku rezki berupa anak darinya." [HR. Ahmad]

Dialah Khadijah radhiyallohu 'anha, yang seorangpun tidak akan lupa perkataannya yang mahsyur yang menjadikan Nabi merasakan tenang setelah terguncang dan merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali yang pertama,
"Demi Alloh, Alloh tidak akan menghinakanmu selama-lamanya. Karena sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung orang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran."


Wasiat Kedelapan : Bersyukur (berterima kasih) kepada suami atas kebaikannya dan tidak melupakan keutamaannya

Siapa yang tidak tahu berterimakasih kepada manusia, ia tidak akan dapat bersyukur kepada Alloh. Maka janganlah meniru wanita yang jika suaminya berbuat kebaikan padanya sepanjang masa, kemudian ia melihat sedikit kesalahan dari suaminya, ia berkata, "Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu..."

Nabi sholallohu 'alaihi wasalam bersabda,
"Wahai sekalian wanita, bersedekahlah kalian. Karena aku melihat mayoritas penduduk neraka adalah kalian." Maka mereka (para wanita) berkata, "Ya Rasulullah, kenapa demikian?" Beliau menjawab, "Karena kalian banyak melaknat dan mengkufuri kebaikan suami." [HR. Bukhari dan Muslim]

Mengkufuri kebaikan suami adalah menentang keutamaan suami dan tidak menunaikan hak-nya.

Wahai istri yang mulia, rasa terima kasih pada suami dapat engkau tunjukkan dengan senyuman manis di wajahmu yang menimbulkan kesan di hatinya, hingga terasa ringan baginya kesulitan yang dijumpai dalam pekerjaannya. Atau engkau ungkapkan dengan kata-kata cinta yang memikat yang dapat menyegarkan kembali cintamu dalam hatinya. Atau memaafkan kesalahan dan kekurangannya dalam menunaikan hakmu.

Nabi sholallohu 'alaihi wasallam bersabda,
"Alloh tidak akan melihat kepada istri yang tidak tahu bersyukur kepada suaminya dan ia tidak merasa cukup darinya." [HR. An-Nasa'i]


Wasiat Kesembilan : Menyimpan rahasia suami dan menutupi kekurangannya (aibnya)

Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat dengannya serta paling tahu kekhususannya (yang paling pribadi dari diri suami). Bila menyebarkan rahasia merupakan sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapapun, maka dari sisi istri lebih besar dan lebih jelek lagi.

Sesungguhnya majelis sebagian wanita tidak luput dari membuka dan menyebarkan aib-aib suami atau sebagian rahasianya. Ini merupakan bahaya dan dosa yang besar. 

Suatu ketika Nabi Ibrahim 'alahissalam mengunjungi putranya, Nabi Ismail 'alaihissalam, namun beliau tidak menjumpainya. Maka beliau tanyakan kepada istri putranya, wanita itu menjawab, "Dia keluar mencari nafkah untuk kami."
Kemudian Ibrahim bertanya lagi tentang kehidupan dan keadaan mereka. Wanita itu menjawab dengan mengeluh kepada Ibrahin, "Kami adalah manusia, kami dalam kesempitan dan kesulitan."

Ibrahim berkata, "Jika datang suamimu, sampaikanlah salamku padanya dan katakanlah padanya agar ia mengganti ambang pintunya."
Maka ketika Ismail datang, istrinya menceritakan apa yang terjadi. Mendengar hal itu, Ismail berkata, "Itu ayahku, dan ia memerintahkan aku untuk menceraikanmu. Kembalilah kepada keluargamu." Maka Ismail menceraikan istrinya. {HR. Bukhari]

Ibrahim 'alaihissalam memandang bahwa wanita yang membuka rahasia suaminya dan mengeluhkan suaminya dengan kesialan, tidak pantas menjadi istri Nabi, maka beliau memerintahkan putranya untuk menceraikan istrinya.

Oleh karena itu, wahai saudariku muslimah, simpanlah rahasia-rahasia suamimu, tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar'i seperti mengadukan perbuatan dzalim kepada Hakim atau Mufti (ahli fatwa) atau orang yang engkau harapkan nasehatnya.

Cukup bagimu wahai saudariku muslimah, sabda Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam,
"Sesungguhnya termasuk sejelek-jelek kedudukan manusia pada hari kiamat di sisi Allah adalah pria yang bersetubuh dengan istrinya dan istri yang bersetubuh dengan suaminya, kemudian salah seorang dari keduanya menyebarkan rahasia pasangannya."



Wasiat terakhir : Kecerdasan dan kecerdikan serta berhati-hati dari kesalahan


  • Termasuk kesalahan adalah, seorang istri menceritakan dan menggambarkan kecantikan sebagian wanita yang dikenalnya kepada suaminya, padahal Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam telah melarang yang demikian itu dengan sabdanya, "Janganlah seorang wanita bergaul dengan wanita lain lalu ia mensifatkan wanita itu kepada suaminya sehingga seakan-akan suaminya melihatnya." [HR. Bukhari]
  • Termasuk kesalahan adalah apa yang dilakukan sebagian besar istri ketika suaminya baru kembali dari bekerja. Belum lagi si suami duduk dengan enak, ia sudah mengingatkannya tentang kebutuhan rumah, tagihan, tunggakan-tunggakan dan uang jajan anak-anak. Dan biasanya suami tidak menolak pembicaraan seperti ini, akan tetapi seharusnyalah seorang istri memilih waktu yang tepat untuk menyampaikannya.
  • Termasuk kesalahan adalah istri memakai pakaian yang paling bagus dan berhias dengan hiasan yang paling bagus ketika keluar rumah. Adapun di hadapan suami, tidak ada kecantikan dan tidak ada perhiasan.



diringkas dari Kitab 'Al Usrah bilaa Masyakil' karya Mazin bin Abdul Karim Al Farih ; edisi bhs Indonesia 'Rumah Tangga Tanpa Problema'