Seorang muslim sejati akan senantiasa mengisi waktunya dengan belajar. Mulai dari umur kanak-kanak sampai waktu senjanya, dia akan selalu berusaha menimba ilmu agama. Hal ini sebagai wujud realisasi dari sabda Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam,
"Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim." [HR. Ibnu Majah, dihahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami']
Kita tentu tahu bahwa ilmu dapat kita raih dengan duduk di majelis-majelis ilmu atau dengan metode belajar lainnya. Terkhusus pada majelis ilmu, ada adab-adab yang mesti kita jaga dan amalkan. Berikut adab dalam menuntut ilmu :
Ikhlas
Hendaklah seorang penuntut ilmu duduk dalam majelis ilmu hanya karena Alloh semata, tanpa disertai riya' (ingin dilihat) atau keinginan dunia lainnya. Sebab riya' akan mengurangi kesempurnaan pahala yang diperoleh, bahkan bisa jadi akan menggugurkannya. Meluruskan niat dalam ibadah merupakan perkara yang susah dan membutuhkan perjuangan serta kesabaran. Oleh karena itu, Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata,
"Tidaklah aku merasa susah untuk mengobati sesuatu melebihi susahnya mengobati niatku."
Berpenampilan yang baik
Dalam mencari ilmu disunnahkan untuk berpenampilan yang baik, bersih badan dan pakaian. Sebagaimana hal ini dipraktekkan oleh malaikat Jibril ketika mengunjungi Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam dalam rangka mengajari para shahabat tentang Islam, Iman, dan Ihsan.
Umar bin Khaththab radhiyallohu 'anhu menceritakan hal ini,
"Pada suatu hari, tatkala kami di sisi Rasulullah, datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih dan rambut sangat hitam. Tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya..." [HR. Muslim]
Mencatat Pelajaran-pelajaran yang didapatkan
Sebagai manusia, kita tidak bisa lepas dari sifat lupa. Sehingga kita sangat membutuhkan catatan guna mengingat kembali tambahan ilmu yang pernah kita pelajari. Catatan ibarat pengikat ilmu agar ilmu tersebut tidak lepas lagi. Demikianlah yang dilakukan sebagian shahabat Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam.
Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu pernah mengatakan,
"Tidak ada seorangpun dari shahabat Nabi sholallohu 'alaihi wasallam yang lebih banyak hapalan haditsnya dariku, kecuali Abdullah bin Amr radhiyallohu 'anhu. Karena ia menulisnya sedang aku tidak menulis namun sekedar hapalan." [HR. Ibnu Hibban]
Tenang dan tidak tersibukkan dengan selain pelajaran
Ini termasuk adab yang penting dalam majelis ilmu. Sebab dalam belajar, seseorang dituntut untuk serius dan memperhatikan ucapan guru.
Imam adz-Dzahabi rahimahullah mengutip perkataan Ahmad bin Sinan rahimahullah,
"Tidak ada seorangpun bercakap-cakap di majelis Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah. Pena tak bersuara, tidak ada yang bangkit, seakan-akan di kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka sedang sholat."
Dan dalam riwayat yang lain,
"Jika beliau melihat seseorang dari mereka tersenyum atau berbicara, maka dia mengenakan sandalnya dan keluar."
Jangan memotong pembicaraan guru
Termasuk adab yang harus diperhatikan dalam majelis ilmu adalah jangan memotong pembicaraan guru. Hal ini pulalah yang diajarkan oleh Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam kepada umat beliau.
Suatu ketika beliau sedang berbicara untuk menasehati sekelompok orang. Lalu datanglah seorang Arab Badui (kampung) bertanya tentang hari kiamat dengan memotong pembicaraan beliau. Maka beliau tidak menjawab pertanyaan dan terus menasehati kaum tersebut sampai selesai. Barulah setelah itu beliau menjawab pertanyaan orang yang bertanya. [HR. Bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu]
Dalam hadits tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa hendaknya kita tidak memotong ucapan orang yang berbicara sampai selesai berbicara, terlebih kepada seorang guru. Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam dalam hadits ini berpaling dan tidak memperhatikan orang yang bertanya untuk mendidik kita agar tidak memotong ucapan orang yang sedang berbicara.
Sabar, Tidak terburu-buru
Seorang pencari ilmu seringkali terbawa semangat sehingga ingin menguasai semua bidang ilmu dalam waktu yang singkat. Ingatlah bahwa menuntut ilmu butuh waktu yang lama. Maka pelajarilah secara bertahap dari yang paling penting, kemudian yang penting berikutnya, dan yang berikutnya.
Oleh sebab itulah Imam Syafi'i rahimahullah pernah bersya'ir,
Wahai saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara
Akan aku terangkan perinciannya dengan penjelasannya
Yaitu kepandaian, semangat, kesungguhan dan bekal materi,
Berguru kepada ustadz, dan waktu yang panjang.
Jangan pula kita cepat putus asa karena susahnya menghapal atau memahami. Sebab, demikianlah kepayahan yang bakal didapat oleh seorang penuntut ilmu. Namun wahai para penuntut ilmu agama, lihatlah pahala dan keutamaan yang akan kalian peroleh di sisi Alloh di dunia dan akhirat. Sebab dengan melihat itu kita akan merasa ringan dan bersemangat dalam menghadapinya.
Bertanya jika belum paham
Terkadang dalam majelis ilmu kita dihadapkan pada suatu permasalahan yang kita tidak memahaminya. Oleh karenanya, bertanya adalah perkara yang sangat kita butuhkan untuk memecahkan persoalan ini.
Alloh sendiri telah memerintahkan kita untuk bertanya kepada para ulama dalam perkara yang tidak kita ketahui. Alloh berfirman,
"Maka bertanyalah kalian kepada ulama, jika kalian tidak mengetahui." [QS. An-Nahl ; 43]
Demikian pula Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam mengajarkan bahwa obat kebodohan itu dengan bertanya. Sebagaimana sabda beliau,
"Seandainya mereka bertanya! Sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya." [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad Darimi. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud]
Bersemangat menghadiri Majelis Ilmu
Kesungguhan dan semangat yang tinggi dalam menghadiri majelis ilmu tanpa mengenal lelah merupakan ciri seorang penuntut ilmu.
Abdullah bin Abbas radhiyallohu 'anhu rela menunggu Zaid bin Tsabit radhiyallohu 'anhu di luar rumahnya untuk mendapatkan ilmu. Beliau mengatakan,
"Ilmu itu didatangi dan bukan mendatangi."
Doa untuk menutup Majelis
Setelah kita selesai dari suatu majelis, maka kita disyariatkan untuk berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
"Maha suci Engkau ya Alloh dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi selain Engkau, aku memohon ampun kepadaMu dan bertaubat kepadaMu."
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda mengenai doa ini,
"Jika seseorang membacanya dalam majelis dzikir, maka doa ini adalah tutup yang menutupnya. Siapa yang membacanya setelah majelis yang sia-sia, maka doa ini adalah pengampunan dosa baginya." [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak dari shahabat Jubair bin Muth'im radhiyallohu 'anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami']
sumber : majalah Tashfiyah ed.13/1433/2012
"Mencari ilmu itu wajib atas setiap muslim." [HR. Ibnu Majah, dihahihkan Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami']
Kita tentu tahu bahwa ilmu dapat kita raih dengan duduk di majelis-majelis ilmu atau dengan metode belajar lainnya. Terkhusus pada majelis ilmu, ada adab-adab yang mesti kita jaga dan amalkan. Berikut adab dalam menuntut ilmu :
Ikhlas
Hendaklah seorang penuntut ilmu duduk dalam majelis ilmu hanya karena Alloh semata, tanpa disertai riya' (ingin dilihat) atau keinginan dunia lainnya. Sebab riya' akan mengurangi kesempurnaan pahala yang diperoleh, bahkan bisa jadi akan menggugurkannya. Meluruskan niat dalam ibadah merupakan perkara yang susah dan membutuhkan perjuangan serta kesabaran. Oleh karena itu, Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata,
"Tidaklah aku merasa susah untuk mengobati sesuatu melebihi susahnya mengobati niatku."
Berpenampilan yang baik
Dalam mencari ilmu disunnahkan untuk berpenampilan yang baik, bersih badan dan pakaian. Sebagaimana hal ini dipraktekkan oleh malaikat Jibril ketika mengunjungi Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam dalam rangka mengajari para shahabat tentang Islam, Iman, dan Ihsan.
Umar bin Khaththab radhiyallohu 'anhu menceritakan hal ini,
"Pada suatu hari, tatkala kami di sisi Rasulullah, datanglah seorang laki-laki yang bajunya sangat putih dan rambut sangat hitam. Tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun dari kami yang mengenalnya..." [HR. Muslim]
Mencatat Pelajaran-pelajaran yang didapatkan
Sebagai manusia, kita tidak bisa lepas dari sifat lupa. Sehingga kita sangat membutuhkan catatan guna mengingat kembali tambahan ilmu yang pernah kita pelajari. Catatan ibarat pengikat ilmu agar ilmu tersebut tidak lepas lagi. Demikianlah yang dilakukan sebagian shahabat Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam.
Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu pernah mengatakan,
"Tidak ada seorangpun dari shahabat Nabi sholallohu 'alaihi wasallam yang lebih banyak hapalan haditsnya dariku, kecuali Abdullah bin Amr radhiyallohu 'anhu. Karena ia menulisnya sedang aku tidak menulis namun sekedar hapalan." [HR. Ibnu Hibban]
Tenang dan tidak tersibukkan dengan selain pelajaran
Ini termasuk adab yang penting dalam majelis ilmu. Sebab dalam belajar, seseorang dituntut untuk serius dan memperhatikan ucapan guru.
Imam adz-Dzahabi rahimahullah mengutip perkataan Ahmad bin Sinan rahimahullah,
"Tidak ada seorangpun bercakap-cakap di majelis Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah. Pena tak bersuara, tidak ada yang bangkit, seakan-akan di kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka sedang sholat."
Dan dalam riwayat yang lain,
"Jika beliau melihat seseorang dari mereka tersenyum atau berbicara, maka dia mengenakan sandalnya dan keluar."
Jangan memotong pembicaraan guru
Termasuk adab yang harus diperhatikan dalam majelis ilmu adalah jangan memotong pembicaraan guru. Hal ini pulalah yang diajarkan oleh Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam kepada umat beliau.
Suatu ketika beliau sedang berbicara untuk menasehati sekelompok orang. Lalu datanglah seorang Arab Badui (kampung) bertanya tentang hari kiamat dengan memotong pembicaraan beliau. Maka beliau tidak menjawab pertanyaan dan terus menasehati kaum tersebut sampai selesai. Barulah setelah itu beliau menjawab pertanyaan orang yang bertanya. [HR. Bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu]
Dalam hadits tersebut kita dapat mengambil pelajaran bahwa hendaknya kita tidak memotong ucapan orang yang berbicara sampai selesai berbicara, terlebih kepada seorang guru. Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam dalam hadits ini berpaling dan tidak memperhatikan orang yang bertanya untuk mendidik kita agar tidak memotong ucapan orang yang sedang berbicara.
Sabar, Tidak terburu-buru
Seorang pencari ilmu seringkali terbawa semangat sehingga ingin menguasai semua bidang ilmu dalam waktu yang singkat. Ingatlah bahwa menuntut ilmu butuh waktu yang lama. Maka pelajarilah secara bertahap dari yang paling penting, kemudian yang penting berikutnya, dan yang berikutnya.
Oleh sebab itulah Imam Syafi'i rahimahullah pernah bersya'ir,
Wahai saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan 6 perkara
Akan aku terangkan perinciannya dengan penjelasannya
Yaitu kepandaian, semangat, kesungguhan dan bekal materi,
Berguru kepada ustadz, dan waktu yang panjang.
Jangan pula kita cepat putus asa karena susahnya menghapal atau memahami. Sebab, demikianlah kepayahan yang bakal didapat oleh seorang penuntut ilmu. Namun wahai para penuntut ilmu agama, lihatlah pahala dan keutamaan yang akan kalian peroleh di sisi Alloh di dunia dan akhirat. Sebab dengan melihat itu kita akan merasa ringan dan bersemangat dalam menghadapinya.
Bertanya jika belum paham
Terkadang dalam majelis ilmu kita dihadapkan pada suatu permasalahan yang kita tidak memahaminya. Oleh karenanya, bertanya adalah perkara yang sangat kita butuhkan untuk memecahkan persoalan ini.
Alloh sendiri telah memerintahkan kita untuk bertanya kepada para ulama dalam perkara yang tidak kita ketahui. Alloh berfirman,
"Maka bertanyalah kalian kepada ulama, jika kalian tidak mengetahui." [QS. An-Nahl ; 43]
Demikian pula Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam mengajarkan bahwa obat kebodohan itu dengan bertanya. Sebagaimana sabda beliau,
"Seandainya mereka bertanya! Sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya." [HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad Darimi. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud]
Bersemangat menghadiri Majelis Ilmu
Kesungguhan dan semangat yang tinggi dalam menghadiri majelis ilmu tanpa mengenal lelah merupakan ciri seorang penuntut ilmu.
Abdullah bin Abbas radhiyallohu 'anhu rela menunggu Zaid bin Tsabit radhiyallohu 'anhu di luar rumahnya untuk mendapatkan ilmu. Beliau mengatakan,
"Ilmu itu didatangi dan bukan mendatangi."
Doa untuk menutup Majelis
Setelah kita selesai dari suatu majelis, maka kita disyariatkan untuk berdoa dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam,
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
"Maha suci Engkau ya Alloh dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi selain Engkau, aku memohon ampun kepadaMu dan bertaubat kepadaMu."
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda mengenai doa ini,
"Jika seseorang membacanya dalam majelis dzikir, maka doa ini adalah tutup yang menutupnya. Siapa yang membacanya setelah majelis yang sia-sia, maka doa ini adalah pengampunan dosa baginya." [HR. Hakim dalam Al-Mustadrak dari shahabat Jubair bin Muth'im radhiyallohu 'anhu. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami']
sumber : majalah Tashfiyah ed.13/1433/2012