Kamis, 08 Mei 2014

Izinmu kepada Suamimu, Jalan Menggapai Ridha Rabb-mu

Islam menghendaki keharmonisan hubungan suami istri. Keluarga, yang merupakan elemen masyarakat terkecil, benar-benar dijaga dalam Islam agar terhindar dari keretakan dan kerusakan. Penetapan hak suami atas istrinya dan sebaliknya merupakan bagian dari upaya penjagaan tersebut. Tanpa hal itu, niscaya kehidupan suami istri akan berantakan dan kacau balau, apalagi ketika hawa nafsu dan egoisme menguasai. Masing-masing akan berjalan menuruti kemauannya sendiri sehingga bahtera yang telah dibina pun oleng dan berujung dengan kehancuran.

Fokus pembahasan kali ini adalah kewajiban istri untuk meminta izin suami. Dalam urusan apa sajakah syariat menetapkan kewajiban ini?! Pembaca, kami persilahkan anda menelusuri bahasan berikut.


Rabu, 07 Mei 2014

Dari Celana, [bisa] ke Neraka

Sobat, sadar atau tidak, sedikit demi sedikit kebodohan beragama menggerogoti  kaum muslimin. Ilmu syariat Islam sudah mulai memudar. Sayangnya, banyak narasumber yang kemudian berbicara tanpa ilmu. Akibatnya, semrawut pun tidak bisa dihindarkan. Banyak hal yang merupakan sunnah dianggap sebagai sesuatu yang harus ditinggalkan. Sebaliknya, banyak hal yang nggak pernah diajarkan Rasulullah sholallahu 'alaihi wasallam justru dianggap sebagai hal yang wajib.

Hal ini sebenarnya telah diisyaratkan oleh Rasulullah semenjak sebelum beliau wafat. Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, seorang shahabat hasil dari didikan Nabi shalallahu 'alaihi wasallam, berkata mengenai hal ini,
"Bagaimana menurut kalian jika fitnah ini (bid'ah) menjalari kalian? Dalam bid'ah tersebut orang-orang menjadi tua dan anak-anak tumbuh. Jika bid'ah ditinggalkan, orang-orang akan menyeru, 'Sunnah telah ditinggalkan!'"
Murid-murid beliau bertanya, "Kapankah itu?"
Beliau menjawab, "Jika para ulama kalian meninggal dan banyak orang yang bodoh. Diantara kalian banyak orang yang bisa membaca Al-Qur'an, namun sedikit yang memahaminya. Kalian banyak memiliki pemimpin tapi sedikit yang amanah, banyak orang mencari dunia dengan amalan akhirat, serta banyak yang belajar selain ilmu agama."
[disebutkan oleh al-Imam Ad-Darimi rahimahullah didalam Sunan beliau]


Senin, 05 Mei 2014

Hukum Obat Pencegah Haidh

tanya :
Bolehkah seorang wanita mengkonsumsi obat yang bisa mencegah datangnya haidh?

jawab :
Fadhilatusy Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjawab,


"Apabila wanita yang menggunakan obat pencegah haidh tidak mendapati mudharat/dampak negatif pada obat tersebut dari sisi kesehatan, maka tidak mengapa menggunakannya, namun dengan syarat harus seizin suaminya -bila ia sudah bersuami-. Akan tetapi, sepanjang yang saya ketahui, obat-obatan pencegah haidh tersebut dapat memudharatkan wanita yang menggunakannya. Telah diketahui pula, bahwa keluarnya darah haidh itu sifatnya alamiah, sementara sesuatu yang sifatnya alamiah bila ditahan/dicegah pada waktu yang semestinya ia keluar niscaya akan memberikan dampak negatif bagi tubuh.

Minggu, 04 Mei 2014

8 Kunci untuk Hidup Tenang

Syaqiq Al Balkhi (murid senior Ibrahim bin Adham rahimahullah) pernah bertanya kepada Al-Hatim Al Asham,
"Engkau telah hidup bersamaku selama beberapa lama. Apa saja yang telah engkau pelajari?"


Al Hatim menjawab, "Ada delapan pelajaran :
1. Aku memperhatikan kehidupan orang. Ternyata, setiap orang memiliki kekasih. Namun, sesampainya di kubur, sang kekasih meninggalkan dirinya. Maka, aku ingin menjadikan amal kebaikan sebagai kekasihku, agar ia selalu menemaniku didalam kubur.


Kamis, 17 April 2014

Bangga Menjadi Muslim

Tak bisa dipungkiri, banyak dari kita sekarang yang kurang percaya diri dengan identitas keislamannya. Mulai dari tren berpakaian hingga ke pola pikir. Kita merasa lebih nyaman kemana-mana mengenakan kaos dan celana jeans. Sebaliknya, kita merasa minder, merasa salah kostum bila mengenakan baju koko atau jilbab.

Kita lebih suka mengambil inspirasi dari Chicken Soup daripada membaca kisah para shahabat. Lebih merasa 'cerdas dan intelek' dengan menonton Oprah Winfrey Show daripada datang ke pengajian. Kita merasa takjub ketika tahu Mark Zuckerbeg ternyata membuat Facebook di usia 19 tahun, tapi kita merasa biasa saja mengetahui Ali bin Abi Thalib radhiyallohu 'anhu mulai memperjuangkan Islam dengan ujung pedangnya ketika berusia 8 tahun. Kita bahkan terbiasa memulai pagi hari kita dengan membaca koran, bukan dengan membaca Al-Qur'an.

Bahkan, ada segelintir dari kita yang justru merasa lebih nyaman bergaul dengan temannya yang bukan muslim dibanding dengan saudaranya sesama muslim, dengan alasan bahwa temannya itu lebih toleran.
Hohoho....., maksud "toleran" disini, bahwa temannya yang bukan muslim tersebut akan cuek saja, apakah kita shalat atau tidak. Segelintir itu jugalah yang merasa risih dengan teman muslimnya yang "tidak toleran", karena teman muslimnya tersebut menasehatinya untuk menjauhi pacaran.

Kamis, 27 Maret 2014

Islam telah Sempurna


Tubuh seorang manusia dikatakan sempurna jika telah tepat sesuai dengan kebutuhannya. Dengan sepasang tangan, sepasang kaki, kepala beserta seluruh anggota badan yang lengkap, manusia akan merasakan kenyamanan tubuh dan nikmatnya tubuh tersebut.
Coba kita bayangkan, apabila kita terlahir dengan satu tangan, satu kaki, atau dengan mata yang buta, tentu hal tersebut akan menyedihkan dan mengganggu kehidupan kita. Kita merasakan kehidupan yang kurang normal.
Demikian pula tatkala seseorang ditakdirkan memiliki tangan tambahan, kaki tambahan, atau anggota tubuh tambahan yang lain, tentu dikatakan kepadanya bahwa ia tidak normal. Jadi, kurang dari kebutuhan dikatakan kurang sempurna, sebagaimana kelebihan sesuatu juga dikatakan tidak normal.

Kamis, 06 Maret 2014

Ambillah 5 Perkara


Ali bin Abi Thalib radhiyallohu 'anhu mengatakan :

"Ada lima perkara, ambillah kelima perkara itu dariku,
1. Janganlah ada seseorang yang berharap, kecuali kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
2. Jangan ada yang dia takuti, kecuali dosanya.
3. Janganlah seorang alim enggan mempelajari apa yang tidak ia ketahui.
4. Apabila seorang diantara kalian ditanya tentang perkara yang tidak diketahui, katakanlah "aku tidak tahu".
5. Kedudukan sabar pada keimanan sebagaimana kedudukan kepala pada jasad.

[dikutip dari Adabud Dunya wad Din]


sumber : majalah Qudwah ed.13/1435 H/2013

Selasa, 04 Maret 2014

Kiat Memperlakukan Buah Hati


1. Pahami anak sebagai individu yang berbeda. Seorang anak dengan anak yang lainnya memiliki karakter yang berbeda. Memiliki bakat dan minat yang berbeda pula. Karenanya, dalam menyerap ilmu dan mengamalkannya, berbeda satu dengan yang lainnya.
Sering terjadi kasus, terutama pada pasangan muda, orangtua mengalami 'sindroma' anak pertama. Karena didorong idealisme yang tinggi, mereka memperlakukan anak tanpa memperhatikan aspek-aspek perkembangan dan pertumbuhan anak. Misal, anak dipompa untuk bisa menulis dan membaca pada usia 2 tahun, tanpa memperhatikan tingkat kemampuan dan motorik halus (kemampuan mengoordinasikan gerakan tangan) anak.
"Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu." [QS. At-Taghabun; 16]

"Apabila aku melarangmu dari sesuatu, maka jauhi dia. Bila aku perintahkan kamu suatu perkara, maka tunaikanlah semampumu." [HR. Bukhari  no. 7288 dari Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu]

Kata "semampumu" menunjukkan kemampuan dan kesanggupan seseorang berbeda-beda, bertingkat-tingkat, satu dengan yang lainnya tidak bisa disamakan. Ini semua karena pengaruh berbagai macam latar belakang.

Senin, 03 Maret 2014

ISTIHADHAH tidak sama dengan HAIDH

Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda kepada Fathimah bintu Abi Hubaisy radhiyallohu 'anha ketika meminta fatwa kepada beliau berkenaan dengan istihadhah yang dialaminya,
"(Apa yang kau alami) itu hanyalah darah dari urat, bukan haidh...." [HR. Bukhari dan Muslim]

Hadits ini menunjukkan, darah Istihadhah tidak sama dengan darah haidh yang sifatnya alami (yakni mesti dialami oleh setiap wanita yang normal sebagai salah satu tanda baligh).

Sedangkan keluarnya darah istihadhah merupakan penyakit karena gangguan syaithan yang ingin memberikan keraguan terhadap anak Adam dalam pelaksanaan ibadahnya dengan segala cara, sebagaimana dikatakan Imam Ash-Shan'ani rahimahullah dalam kitabnya Subulus Salam (I/159). Dan darah ini keluar karena terputusnya salah satu urat yang berada didekat rahim.

Sabtu, 01 Maret 2014

Janganlah Engkau Mengeluh

Mencari rezeki adalah pintu-pintu pahala bagi seorang muslim. Peluh keringat capeknya bekerja keras adalah keutamaan baginya. Betapa tidak, jangankan letih yang dirasa, gundah yang kadang datang pun merupakan penghapus dosa.



Rasulullah menyampaikan kabar gembira ini dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dari shahabat Abu Hurairah radhiyallohu 'anhu,
"Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa capek, sakit, gundah, kesedihan, gangguan, gelisah, bahkan duri yang mengenainya kecuali Allah gugurkan dengan sebab itu kesalahan-kesalahannya."

Apalagi ketika disertai sikap sabar, pahalanya akan semakin besar dan berlipat. Ibnul Qayyim mengatakan, "Sesungguhnya balasan yang didapat karena musibah yang dialami adalah dihapuskannya dosa-dosa saja, kecuali ketika musibah tersebut sebagai sebab amal shalih seperti sabar, ridha, taubat dan istighfar, maka ia akan mendapatkan pahala dari amalan shalih yang dilakukan dalam menyikapi musibah tersebut." [dinukilkan dari Fathul Majid]