Senin, 26 Mei 2014

Rahasia DOA

"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu hidayah, ketaqwaan, penjagaan kehormatan diri, dan kekayaan jiwa."

Manusia dengan segala yang ada padanya, pada hakikatnya adalah makhluk yang zalim, bodoh, dan lemah. Tidaklah manusia hidup kecuali dengan rahmat-Nya. Tak terhitung nikmat yang Allah limpahkan kepada manusia. Tetapi ironis, justru banyak manusia yang mengkufuri-Nya, tidak mau tunduk mmenghambakan diri kepada-Nya.


Demikianlah, manusia adalah makhluk yang sangat zalim. Manusia pun bodoh dalam segala hal. Faktanya, untuk maslahat diri sendiri pun banyak yang tidak mengerti sehingga harus dibimbing dan diarahkan. Manusia juga lemah fisik, tekad, semangat, kemauan, amalan, ketaatan, keimanan, dan kesabaran, sehingga selalu sangat butuh terhadap dukungan dan bantuan dari yang lain untuk mencukupi kebutuhan dunia dan akhiratnya.

Namun, Allah yang Maha Bijaksana telah melengkapi penciptaan manusia justru dengan memiliki sifat diatas,
"Dia-lah yang menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ruh ke dalamnya. Dan Dia menjadikan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kalian sedikit sekali bersyukur." [QS. As-Sajdah; 7-9]

Lengkapnya penciptaan manusia dengan tiga sifat ini hikmahnya adalah agar mereka senantiasa bertaubat, bergantung, dan meminta kepada Allah untuk memenuhi kebutuhannya. Inilah makna kesempurnaan itu. Karena orang yang demikian ini selain telah sempurna lahiriahnya, ia berusaha menyempurnakan batinnya. Ia sadar terhadap kekurangannya, kemudian ia selalu bersandar dan meminta kepada Penciptanya. Dari sini kita tahu bahwa doa kepada Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap insan, bahkan kebutuhan yang paling asasi demi keselamatan dan kebahagiaan hidup di dua negeri.


"Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu."

Doa merupakan bentuk dzikir kepada Allah. Dengan doa, seorang hamba mengingat Allah, bahwa Allah tempat mengadu, Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Mengasihi, Dia-lah yang Maha Kaya lagi Dermawan, dan Dia-lah yang Maha menepati janji dan segala sifat kesempurnaan-Nya.

Di sisi lain, doa juga merupakan salah satu cerminan wujud syukur kita. Karena rukun syukur adalah dengan hati, lisan, dan ketaatan anggota badan. Maka, dengan doa yang dipanjatkan kepada Allah berarti seorang hamba telah melaksanakan perintah-Nya sebagai konsekuensi limpahan nikmat yang tidak bisa lepas seorang makhluk pun darinya walaupun sekejap.


"Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari menyekutukan-Mu dalam keadaan aku mengetahui, dan aku memohon ampun kepada-Mu pada apa yang tidak aku ketahui."

Doa adalah ibadah yang mulia dan sangat besar nilainya di sisi Allah.
Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam bersabda, "Doa adalah ibadah." [HR. Abu Dawud, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud].

Bahkan, Allah telah memerintahkan dalam banyak ayat dalam al-Qur'an. Diantaranya, Allah berfirman,
"Dan Rabb kalian berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari peribadahan kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina'." [QS. Ghafir/Al-Mukmin; 60]

Doa adalah bukti penghambaan seorang hamba kepada Allah. Dengan doa, seseorang mengeluh dan mengadukan segala problematika hidup yang ia hadapi kepada Rabbnya. Dengan berdoa pula berarti ia telah menempatkan dirinya sebagai hamba yang miskin, sangat butuh terhadap Dzat yang Maha Mencukupi, yang senantiasa mendengar dan mengijabahi doa, Allah, Dzat yang telah menciptakannya.

Kemudian ia pasrah menyerahkan urusannya kepada Allah sepenuhnya. Kepada Allah ia tanamkan kepercayaan itu dalam lubuk hati dengan sedalam-dalamnya. Harapan besar ia gantungkan bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya. Dalam munajat inilah bersemi benih cinta, tumbuh subur dengan siraman tangis air mata, meminta, mengemis, dan merengek kepadaNya.

Seseorang yang berdoa kepada Allah tentu takut doanya tidak terkabulkan. Oleh sebab itulah ia akan berusaha untuk sebisa mungkin menjauhi penghalang terkabulnya doa seperti kemaksiatan dan perbuatan dosa, selalu ber-istighfar, mohon ampun dan bertaubat kepadaNya. Setelah itu ia akan sangat yakin kepada Allah, bahwa Dia akan mengabulkan doanya. Ya, sekian banyak bentuk ibadah yang terlahir dari doa ini. Oleh sebab itu, Abdullah bin Abbas radhiyallohu 'anhu mengatakan dalam tafsir ayat 60 surat Ghafir diatas, "Ibadah yang paling afdhal adalah doa" [riwayat Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam ash-Shahihah].


"Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan penjaga urusanku, perbaikilah duniaku yang merupakan kehidupanku, perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan ini sebagai penambah setiap kebaikan bagiku dan jadikanlah kematian sebagai peristirahatanku dari setiap kejelekan."

Imam Ibnul Qayyim dalam kitab beliau, Al-Fawaid, menyebutkan bahwa doa adalah kunci segala kebaikan. Kebaikan dunia, juga kebaikan akhirat. Karena seorang mukmin yakin bahwa segala yang Allah kehendaki pasti terjadi dan segala yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi. Seorang mukmin pun mengetahui bahwa setiap kebaikan adalah nikmat Allah yang wajib disyukuri dan dijaga agar senantiasa ada dengan selalu menghambakan diri kepada-Nya. Seorang mukmin sadar bahwa setiap kejelekan adalah hukuman dan khudzlan yaitu Allah meninggalkan, tidak menjaganya. Maka ia akan memohon agar Allah menjauhkannya dari setiap kejelekan, meminta kepada-Nya agar selalu membantunya dalam mengamalkan kebaikan.

Jadi, inti dari segala kebaikan adalah taufik dari Allah saja, kuncinya adalah berdoa, selalu merasa sangat butuh kepada Allah semata, jujur dalam bersandar kepada-Nya, dan berharap penuh kepadaNya. Hamba yang diberikan kunci ini berarti telah dikehendaki untuk dibukakan pintu rahmat baginya. Oleh sebab itulah Umar bin Khaththab radhiyallohu 'anhu mengatakan, "Aku tidak terlalu khawatir terhadap terkabulnya doa, justru yang aku pentingkan adalah doa itu sendiri. Karena, jika kalian telah diberi ilham untuk berdoa, maka sesungguhnya ijabah Allah bersamanya."
Taufik dan pertolongan Allah terhadap hamba sekedar usaha hamba tersebut dalam berdoa.


"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amalan yang diterima."

Memang, tidak ada kata yang lebih mulia daripada doa. Keagungan dan keindahannya tidak cukup diungkapkan dengan kata-kata.

Semoga yang sedikit ini, mampu memberikan banyak manfaat kepada kita. Amiin.
Allahu a'lam.


sumber : majalah Tashfiyah ed.08/1432H/2011